
PRAKTIKUM
TOKSIKOLOGI
HASIL PERIKANAN
UJI TOKSISITAS
DETERJEN TERHADAP TUMBUHA AIR

Saputriani
05061181520003
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Toksisitas adalah
sifat relatif toksikan berkaitan dengan potensinya mengakibatkan efek negatif
bagi makhluk hidup. Toksisitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
komposisi dan jenis toksikan, konsentrasi toksikan, durasi dan frekuensi
pemaparan, sifat lingkungan, dan spesies biota penerima. Toksikan merupakan zat
(berdiri sendiri atau dalam campuran zat, limbah, dan sebagainya) yang dapat
menghasilkan efek negatif bagi semua atau sebagian. Dari tingkat organisasi
biologis (populasi, individu, organ, jaringan, sel, biomolekul) dalam bentuk
merusak struktur maupun fungsi biologis. Toksikan dapat menimbulkan efek
negatif bagi biota dalam bentuk perubahan struktur maupun fungsional, baik secara
akut maupun kronis/sub kronis. Efek tersebut dapat bersifat reversibel sehingga
dapat pulih kembali dan dapat pula bersifat irreversibel yang tidak mungkin
untuk pulih kembali. (Halang, 2004).
Suatu perairan
merupakan suatu ekosistem yang kompleks dan merupakan habitat dari berbagi
jenis makhluk hidup, baik yang berukuran besar seperti ikan dan berbagai jenis
makhluk hidup yang berukuran kecil (Nugroho, 2006). Air merupakan salah satu
sumber daya alam yang mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia
dan organisme hidup lainnya. Dengan peranannya yang sangat penting. Air akan
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi atau komponen lainnya. Menurut
Hendrawan (2005), pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan organisme
jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam pengelolaannya akan
mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Rusaknya sumber daya air ini dapat
disebabkan oleh adanya pencemaran, baik itu substansi yang bersifat toksik
maupun non-toksik.
Perairan yang tercemar
dapat mengakibatkan penurunan kualitas air yang berdampak pada kehidupan
organisme yang ada disekitarnya. Pencemaran air pada umumnya diakibatkan oleh
aktivitas manusia. Besar kecilnya pencemaran tergantung dari jumlah dan
kualitas limbah yang dibuang ke sungai, baik limbah padat maupun cair. Salah
satu penyebab pencemaran air adalah limbah rumah tangga yaitu berupa sisa
deterjen dan pemutih pakaian. Pada bahan tersebut mengandung bahan kimia yang
lebih tahan dan tidak berubah dalam berbagai media, bahan kimia organik seperti
minyak, plastik, pestisida, larutan pembersih, deterjen dan masih banyak lagi
bahan organik ditemukan dalam jumlah relatif sedikit pada permukaan air tanah
(Darmono 2001),
Deterjen adalah suatu
bahan kimia organik sintetis yang dapat bereaksi dengan air dan menyebabkan
pembentukan busa serta pengaruh lainnya yang memungkinkan untuk membersihkan
atau mencuci, baik dalam industri ataupun untuk tujuan rumah tangga. Deterjen
menimbulkan buih-buih pada permukaan air buih-buih tersebut, baik dari jenis
Linear Alkyl Sulfonate (LAS) yang biodegradable maupun jenis Alkyl Benzene
Sulfonate (ABS) yang non-biodegradable tersebut dipastikan dapat menggangu
kehidupan organisme yang ada di bawahnya (Lehninger, 1990).
1.2. Tujuan
Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan tumbuhan air sebagai hiperakumulator dari
limbah deterjen.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Klasifikasi Kiambang
(Salvinia
molesta)
Menurut Soerjani dan Pancho (1987), Klasifikasi kiambang(Salvinia molesta) sebagai berikut:
kingdom : Plantae
kelas
: Pterophyta
ordo
: Salviniales
famili
: Salviniaceae
genus
: Salvinia
spesies
: Salvinia molesta
Gambar Kiambang (Salvinia
molesta)
Salvinia molesta hidup pada genangan air atau air dangkal
dengan aliran lambat, seperti kolam, danau payau, saluran irigasi dan sawah,
kadang-kadang sangat 8 banyak dan menutupi permukaan air yang diam atau aliran
yang lambat (Soerjani et al., 1987).
Salvinia berkembang melalaui pembelahan dan mempunyai
kemampuan memperbanyak diri di area yang luas dalam waktu yang singkat, dalam
pertumbuhannya dipengaruhi oleh kepadatan populasinya, makin padat populasinya
makin lambat pertumbuhannya (Bangun, 1982).
Jika kondisi ideal Salvinia dapat tumbuh dua kali lipat
dalam dua waktu dua hari (Doeleman, 1989). Selain itu pertumbuhan Salvinia
dipengaruhi oleh kedalaman air, pada kedalaman 15 cm memberikan pertumbuhan
lebih baik dibandingkan kedalaman 2 cm, hal ini menunjukkan bahwa kondisi air
yang normal akan mepercepat pertumbuhan Salvinia (Pangabean, et al., 1971).
2.2.Deterjen
Deterjen adalah suatu bahan kimia organik
sintetis yang dapat bereaksi dengan air dan menyebabkan pembentukan busa serta
pengaruh lainnya yang memungkinkan untuk membersihkan atau mencuci, baik dalam
industri ataupun untuk tujuan rumah tangga. Deterjen menimbulkan buih-buih pada
permukaan air buih-buih tersebut, baik dari jenis Linear Alkyl Sulfonate (LAS)
yang biodegradable maupun jenis Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) yang
non-biodegradable tersebut dipastikan dapat menggangu kehidupan organisme yang
ada di bawahnya (Lehninger, 1990).
2.3. pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia
didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (Koefisien aktivitas
ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya
didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia
bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional +) yang terlarut (Sururi, 1998).
Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada
potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam
elektroda gelas (membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang
terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan
lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang
ukurannya relatif kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur
potensial elektrokimia dari ion hidrogen atau diistilahkan dengan potential of
hidrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan suatu elektroda
pembanding. Sebagai catatan, alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya
mengukur tegangan (Purba, 1995).
2.4. DO
Oksigen
terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan
kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam
analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi
ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang
tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air,
mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika
nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran
DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air
seperti ikan dan mikroorganisme.
Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh
banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan
disamping paramter lain yang sering digunakan seperti BOD dan COD dalam
suatu perairan (Hutabarat dan Evans, 2006).
Oksigen
terlarut dalam air merupakan parameter kualitas air yang paling kritis pada
budidaya ikan. Konsentrasi oksigen terlarut dalam kolam selalu mengalami
perubahan dalam sehari semalam oleh karena itu, pengelola kolam ikan harus
selalu mengetahui atau memantau perubahan konsentrasi oksigen terlarut di dalam
kolamnya. Sumber utama oksigen, terlarut dalam air adalah difusi dari
udara dan hasil fotosintesis biota yang berklorofil yang hidup di dalam
perairan, Kecepatan difusi oksigen ke dalam air sangat lambat Oleh karena itu,
Fitoplankton merupakan sumber utama dalam penyediaan oksigen terlarut dalam
perairan (Supangat, 2007).
2.5. Limbah perairan
Menurut Effendi (2003),
mengelompokkan bahan pencemar di perairan menjadi beberapa kelompok yaitu, (1)
limbah yang mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut (2) limbah yang
mengakibatkan munculnya penyakit (disease causing agents), Universitas Sumatera
Utara (3) senyawa organik sintetis, (4) nutrien tumbuhan, (5) senyawa anorganik
dan mineral, (6) sedimen, (7) radioaktif, (8) panas dan (9) minyak.
Bila ditinjau secara kimiawi,
limbah terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik. Dengan
konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan
penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya (Agusnar, 2008).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum Toksikologi Hasil Perikanan mengenai
uji toksisitas detergen terhadap tumbuhan air dilaksanakan di Laboratrium Pengolahan Teknologi Hasil Perikanan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 27 Februari 2017 pukul 10.00 WIB sampai dengan
selesai.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum mengenai uji toksisitas detergen terhadap tumbuhan
air adalah
baskom, timbangan, pH meter,
termometer, DO meter, pisau, dangelas ukur. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum
ini adalah enceng gondok,
kiambang, detergen, dan air tawar.
3.3. Cara Kerja
Cara kerja
yang digunakan pada praktikum mengenai uji toksisitas detergen terhadap
tumbuhan air adalah sebagai berikut:
1.
Larutan detergen dari dua jenis merk komersil
dibuat masing-masing konsentrasi 10%, 25%, 35%, dan 50%
2.
Air tawar sebanyak 5 liter ditambahkan ke dalam
baskom untuk masing-masing jenis tumbuhan air
3.
Larutan detergen ditambahkan kedalam baskom yang
telah berisi tumbuhan air
4.
Tahap kedua berupa pengamatan yang dimulai dari
mengukur pH, suhu, oksigen terlarut, serta kondisi tumbuhan air mulai dari
akar, batang pembuluh, dan daun.
5.
Tahap ketiga berupa pengamatan selama seminggu
dilakukan terhadap tumbuhan air, berupa pH, suhu, oksigen terlarut, serta
kondisi tumbuhan mulai dari akar, batang pembuluh, dan daun.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil dari
praktikum mengenai uji detergen terhadap tumbuhan air adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1.5. Hasil Pengamatan Hari Pertama Kiambang
dan Eceng Gondok
Jenis Tumbuhan
|
Konsentrasi Detergen
|
Pengamatan
|
Ket
|
|||
pH
|
Suhu
|
Oksigen Terlarut
|
Kondisi Tumbuhan
|
|||
Kiambang
|
10%
|
9,3
|
27˚C
|
0,1
|
Baik
|
-
|
25%
|
9,3
|
27˚C
|
0,1
|
Baik
|
-
|
|
35%
|
9,0
|
27˚C
|
0,1
|
Baik
|
-
|
|
50%
|
9,6
|
28˚C
|
0,2
|
Baik
|
-
|
|
Enceng Gondok
|
10%
|
9,6
|
27˚C
|
0,1
|
Baik
|
-
|
25%
|
9,4
|
27˚C
|
0,1
|
Baik
|
-
|
|
35%
|
8,9
|
27˚C
|
0,1
|
Baik
|
-
|
|
50%
|
9,6
|
30˚C
|
0,2
|
Baik
|
-
|
Tabel 4.1.6. Hasil Pengamatan Hari Ketujuh Kiambang
dan Eceng Gondok
Jenis Tumbuhan
|
Konsentrasi Detergen
|
Pengamatan
|
Ket
|
|||
pH
|
Suhu
|
Oksigen Terlarut
|
Kondisi Tumbuhan
|
|||
Kiambang
|
10%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
25%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
35%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
50%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Enceng Gondok
|
10%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
25%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
35%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
50%
|
8,6
|
-
|
4.5
|
Kering
|
-
|
4.2. Pembahasan
Pada
praktikum kali ini kami melakukan praktikumtoksikologi hasil perikanan kami membahas tentang uji toksisitas deterjen terhadap tumbuhan air
yaitu enceng gondok (Eichhoornia
crassipe) dan kiambang (Salvinia
molesta).Uji toksisitas deterjen terhadap tumbuhan air bertujuanuntuk mengetahui kemampuan tumbuhan air sebagai hiperakumulator dari
limbah deterjen. Sampel diberi
perlakuan dengan pemberian deterjen sebanyak 10 %, 25 %, 35 %, dan 50% dengan
air tawar sebanyak 5 liter. Sampel yang digunakan kelompok kami yaitu tumbuhan
kiambang (Salvinia molesta) dengan
diberi perlakuan dengan pemberian 25 % deterjen dan sebanyak 5 liter air. Pengamatan dilakukan 2 kali yaitu hari
pertama dan hari ke tujuh. Pada hari pertama pengamatan didapatkan hasilpH 9,3, dengan suhu 27 oC dan oksigen
terlarut (DO) 0,1. Pada pengamatan hari ketujuh Ph turun dan oksigen terlarut (DO) naik. Enceng gondok
dan kiambang lebih cocok terhadap pH 7,0-7,5. Jika pH nya lebih atau kurang
maka pertumbuhannya terhambat, bahkan mati bila kondisi pH terlalu ekstrem
(Hardiyanti dan Suparni, 2007). Penurunan pH disebabkan
karena logam chromium telah diserap atau diikat oleh akar tanaman eceng
gondok sehinggga memudahkan mikroba perombak
dalam proses pendegradasian. mikroorganisme mampu mendegradasi bahan kimia
berbahaya dalam lingkungan menjadi air dan gas yang tidak berbahaya (CO2)
(Vidali 2001).
Oksigen
(DO) naik dikarenakan bahan organik yaang tersisa dalam air limbah tinggal sedikit
sehingga oksigen yang diperlukan untuk proses dekomposisi juga sedikit dan
oksigen pun tersuplai. Menurut Brix dan Schierup (1987) dalam Khiatuddin
(2003), akar tumbuhan akuatik dapat mengeluarkan oksigen yang berasal dari
bagian batang setelah berdifusi dari atmosfer melalui pori-pori daun. Pelepasan
oksigen oleh akar tumbuhan airmenyebabkan air disekitar rambut akar memiliki
kadar oksigen tinggi dibandingkan air yang tidak terdapat tumbuhan air
Enceng gondok mengalami perbedaan kondisi
eceng gondok sebelum kontak dengan air deterjen dan setelah kontak dengan air
deterjen. Pada hari pertama sampel daun enceng gondok mulai layu ketika
direndam dalam air deterjen setelah beberapa menit. Pada hari ketujuh enceng
gondok mengalami perbedaan dari hari pertama yaitu daun dan batang yang mulai
mengering atau mati hal ini dikarenakan pH dari air deterjen yang tinggi.
Menurut
Nurhayati (1989), Tanaman air enceng gondok dan kiambang sebagai biofilter penyerapan
berbagai zat berbahaya bagi lingkungan merupakan salah satu penanganan limbah
cair yang ramah lingkungan. Tumbuhan enceng gondok dan kiambang adalah gulma
air yang mempunyai daya regenerasi yang cepat karena potongan-potongan
vegetatifnya yang terbawa arus air akan terus berkembang dan sangat peka
terhadap keadaan unsur hara yang kurang mencukupi tetapi mempunyai respon
terhadap konsentrasi unsur hara yang tinggi. Bulu-bulu akar yang berfungsi
sebagai pegangan atau jangkar dan sebagian besar berguna untuk mengabsorbsi
zat-zat makanan dalam air.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh
dari pratikum penggaraman dan pengeringan uji toksisitas deterjen terhadap tumbuha air ini adalah sebagai berikut
:
1.
Pengamatan
hari pertama didapatkan hasilpH 9,3,
dengan suhu 27 oC dan oksigen terlarut (DO) 0,1.
2.
Pengamatan hari ketujuh pH turun dan oksigen terlarut (DO) naik.
3.
Oksigen (DO) naik dikarenakan bahan organik yaang
tersisa dalam air limbah tinggal sedikit .
4.
Enceng gondok dan kiambang lebih cocok terhadap pH
7,0-7,5.
5.
Penurunan pH
disebabkan karena logam chromium telah diserap atau diikat oleh akar tanaman
eceng gondok
5.2.
Saran
Saran untuk praktikum ini praktikan pada saat mengukur
pH, DO, dan Suhu alat yang digunakan harus di kalibrasi terlebih dahulu dari
pengukuran dari kelompok satu dengan yang lain agar pengukuran lebih
akurat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar