Sabtu, 08 April 2017

LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ABU ~ Puput


LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM KIMIA HASIL PERIKANAN
PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ABU PADA
IKAN ASIN SEPAT SIAM (Trichogaster pectoralis)






Kelompok 1
Saputriani
05061181520003

         









PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Ikan merupakan salah satu bahan pangan terdiri dari sebagian besar air dan merupakan penyusun utama dalam tubuh, yaitu terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Bahan pangan termasuk bahan yang menganduk banyak air dan berguna sebagai sumber nutrisi, namun air yang terdapat dalam bahan tesebut juga sangat berpengaruh pada lama penyimpanan bahan. Kadar abu tersebut dapat menunjukkan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu. Bahan pangan yang terdapat di alam juga mengandung mineral yang berupa abu. Jumlah mineral tersebut hanya dapat diketahui jika dilakukan perlakuan khusus yaitu dengan teknik pengabuan. Kadar abu tersebut berpengaruh terhadap mutu suatu bahan, jika mengandung banyak kadar abu maka bahan pangan tersebut tidak baik untuk dikonsumsi untuk tubuh. Setiap bahan pangan harus diteliti terlebih dahulu sebelum dikonsumsi untuk tubuh. Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan (Winarno, 1992).
Jenis makanan yang dikonsumsi sebagian besar mengandung air yang berlebihan. Terdapat jumlah kandungan air yang berbeda pada setiap bahan pangan dan hal itu dapat ditentukan dengan berbagai metode dan prinsip. Selain kadar air, kadar abu juga merupakan satu hal yang penting dalam suatu bahan pangan. Kadar abu juga berbeda untuk setiap jenis bahan pangan. Pengukuran kadar air dalam suatu bahan sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Salah satu bidang yang memerlukan pengukuran kadar air adalah bidang pertanian. Mutu suatu bahan pangan ditentukan oleh kadar airnya, semakin tinggi kadar airnya, mutunya semakin jelek. Selain itu, kita juga perlu mengetahui penentuan kadar abu. Penentuan kadar abu digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Kandungan abu juga dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan dan keaslian bahan yang digunakan (Apriyanto, 1989).
Salah satu metode yang digunakan untuk menetapkan Kadar air pada suatu bahan adalah dengan menggunakan metode “Penetapan air dengan metode oven“, yaitu suatu metode yang dapat digunakan untuk seluruh produk makanan, kecuali produk tersebut mengandung komponen-komponen yang mudah menguap atau jika produk tersebut mengalami dekomposisiPenentuan kadar air dan kadar abu sangat penting utuk diketahui. Bagaimana proses penentuannya dan apasaja kelebihan serta kekurangan dari metode-metode penentuan kadar air dan kadar abu. Berdasarkan hal di atas maka perlu dilakukan praktikum mengenai kadar air dan kadar abu agar mahasiswa juga mengetahui metode penentuan kadar air dan kadar abu pada bahan pangan (Astuti, 2012).

1.2. Tujuan
Berikut tujuan dari praktikum Kimia Hasil Perikanan tentan Penentun Kadar Air dan Kadar Abu Pada Ikan Asin antara lain adalah untuk mengetahui kandungan kadar air maupun kadar abu didalam berbagai jenis makanan.
  















 
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis)
Sistematika dan morfologi ikan Sepat (Trichogaster pectoralis) menurut Saanin (1986) antara lain sebagai berikut:
kingdom          : Animalia
filum                 : Chordata
kelas                : Actiopterygii
ordo                 : Perciformes
family              : Osphronemidae
genus               : Trichogaster
spesies             : Trichogaster pectoralis
            Ikan sepat adalah salah satu ikan air tawar yang sangat mudah kita temui, bahkan kita tidak perlu repot-repot memancingnya di sungai. Untuk mendapatkan ikan ini bisa hanya menggunakan tangan saja karena jumlah dan jenis nya yang banyak. Ikan dengan yang termasuk kedaslam golongan Trichogaster  ini memiliki bentuk pipih, mata yang cukup besar, moncong runcing dan mulut yang kecil.  Jika melihatnya dengan teliti maka tampak titik hitam di bagian bawah sirip punggung  dan sebelum sirip ekornya. Ikan sepat memiliki warna keperak-perakan dengan berbagai corak warna lainnya tergantung jenis ikan sepat itu sendiri. Ukuran ikan sepat bisa mencapai 25 cm bahkan lebih. Ikan ini mempunyai jari-jari lunak yang pertama berubah menjadi alat peraba yang menyerupai cambuk panjang, dan juga duri pendek dengan sepasang duri pendek dan beberapa pasang jumpai pendek. Ikan yang masih sekerabat dengan ikan gurami, tambakan, dan betok  ini mempunyai Sirip Anal yang memanjang berada dibawah dada sampai pangkal ekor. Bentuk sirip dada nya sedikit runcing sedangkan sirip ekornya tidak mempunyai cagak  (Jasin, 2004).




2.2. Ikan Asin
         Ikan asin merupakan bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat. Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya mencapai 90%, dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah dicerna oleh konsumen (Suharto, 1991).
            Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat.Selain itu daging ikan yang diasinkan akan bertahan lebih lama dan terhindar dari kerusakan fisik akibat infestasi serangga, ulat lalat dan beberapa juga diantara jasad renik maupun jenis mikroba perusak lainnya (Afrianto, 1989).

2.3. Analisa Proksimat
Analisis proksimat merupakan metode yang tidak menguraikan kandungan nutrien secara rinci, namun berupa nilai perkiraan. Metode ini dikembangkan oleh Henneberg dan Stockman dari Weende Experiment Station di Jerman pada tahun 1865. Analisis makronutrien analisis proksimat meliputi kadar abu total, air total, lemak total, protein total dan karbohidrat total, sedangkan untuk kandungan mikronutrien difokuskan pada provitamin A (β-karoten). Analisis vitamin A dan provitamin A secara kimia dalam buah-buahan dan produk hasil olahan dapat ditentukan dengan berbagai metode diantaranya kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom absorpsi, kromatografi cair kinerja tinggi, kolorimetri dan spektrofotometri sinar tampak (Susi, 2001).
Analisa proksimat merupakan pengujian kimiawi untuk mengetahui kandungan nutrien suatu bahan baku pakan atau pakan. Metode analisa proksimat pertama kali dikembangkan oleh Henneberg dan Stohman pada tahun 1860 di sebuah laboratorium penelitian di Weende, Jerman yang menjelaskan bahwa analisa proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrien yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, juga serat kasar dan maupun bahan ekstrak tanpa nitrogen. Analisis proksimat mulai dikembangkan oleh Wilhelm Henneberg dan asistennya Stohman pada tahun 1960 di laboratorium Wende di Jerman. Oleh karena itu analisis model ini dikenal juga dengan analisis Wendee. Pada prinsipnya bahan pakan terdiri atas dua bagian yaitu air dan bahan kering yang dapat diketahui melalui pemanasan pada suhu 105°C. Selanjutnya bahan kering ini dapat dipisahkan antara kadar abu dan kadar bahan organik melalui pembakaran dengan suhu 500°C (Hafes, 2000).

2.4. Kadar Air
Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan tersebut yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah (wet basis). Dalam penentuan kadar air bahan hasil pertanian biasanya dilakukan berdasarkan obot basah. Dalam perhitungan ini berlaku rumus sebagai berikut: KA = (Wa / Wb) x 100%  (Taib, 1988).
Teknologi pengawetan bahan pangan pada dasarnya adalah menurunkan kandungan air bahan pangan sehingga kurang/tidak memberi kesempatan untuk tumbuh/hidupnya mikroba dengan pengeringan/penguapan kandungan air yang ada  di dalam maupun di permukaan bahan pangan, hingga mencapai kondisi tertentu. Salah satu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar air pada suatu bahan adalah dengan menggunakan metode “Penetapan air dengan metode oven“, yaitu suatu metode yang dapat digunakan untuk seluruh produk makanan, kecuali produk tersebut mengandung komponen-komponen yang mudah menguap ataupun bila dan jika suatu produk tersebut mengalami dekomposisi pada
pemanasan antara lain berkisar 100oC–102oC sampai diperoleh berat yang
 tetap (Apriyantono, 1989).
Berdasarkan suatu kadar air (bobot basah dan bobot kering) dan bahan basah atau bahan yang masih mengandung air dan bahan setelah dikeringkan atau yang telah tidak terkandung air, dapat ditentukan rasio pengeringan (drying ratio) dari bahan yang dikeringkan tersebut. Besarnya suatu “drying ratio“ dapat dihitung sebagai bobot bahan sebelum pengeringan per bobot bahan sebelum pengeringan per bobot bahan setelah pengeringan. Dapat dihitung dengan rumus: Drying ratio = bobot bahan sebelum pengeringan / bobot bahan setelah pengeringan (Danuarsa, 2006).

2.5. Kadar Abu
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu. Produk perikanan memiliki kadar abu yang berbeda-beda (Astuti, 2012).
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Penggilingan gandum, misalnya, apabila masih banyak lembaga dan endosperm maka kadar abu yang dihasilkannya tinggi. Banyaknya lembaga dan endosperm pada gandum menandakan proses pengolahan kurang baik karena masih banyak mengandung bahan pengotor yang menyebabkan hasil analisis kadar abu menjadi tidak murni. Kandungan abu juga dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan dan keaslian bahan yang digunakan. Kadar abu sebagai parameter nilai gizi, contohnya pada analisis kadar abu tidak larut asam yang cukup tinggi menunjukan adanya kontaminan atau bahan pengotor pada makanan tersebut (Astuti, 2012).







 
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM


3.1. Tempat dan Waktu
            Praktikum Kimia Hasil Perikanan tentang Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu Pada Ikan Asin ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Pada hari Kamis, 9 Februari 2017 pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai.

3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan untuk membuat ikan asin adalah baskom, pisau, talenan dan timbangan, dan alat yang digunakan untuk menganalisis kadar air adalah oven, neraca analitik, mantel penangas, desikator, cawan porselin.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis), ikan bulu ayam (Moustached thryssa), ikan patin djambal (Pangasius djambal), ikan gabus (Channa striata), ikan teri (Stolephorus commersonii), garam dan akuades.

3.3. Cara Kerja
Berikut cara kerja yang dilakukan pada praktikum Kimia Pangan tentang Analisa Kadar Air dan Kadar Abu Pada Ikan Asin antara lain sebagai berikut:
3.3.1.      Analisis Kadar Air (AOAC, 2005)
Prinsip dari analisis kadar air yaitu untuk mengetahui kandungan atau jumlah air yang terdapat pada suatu bahan. Cara kerja analisis kadar air adalah sebagai berikut:
1.            Cawan porselen kosong dan bersih dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ˚C selama 1 jam.
2.            Didinginkan dalam desikator selama kurang lebih 15 menit dan ditimbang.
3.            Sampel seberat 1 gram ditimbang setelah terlebih dahulu digerus. Dan dimasukkan kedalam cawan porselen kosong.
4.            Cawan yang telah diisi sampel tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 102-105 ˚C selama 5-6 jam.
5.            Cawan tersebut dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan sampai dingin (30 menit) kemudian ditimbang.
% Kadar Air = × 100%

 
Perhitungan kadar air :

Keterangan:     A = Berat cawan kosong (gram)
B = Berat cawan yang diisi dengan sampel (gram)
C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (gram
3.3.2.      Analisis Kadar Abu (AOAC, 2005)
Prinsip dari analisis kadar abu yaitu untuk mengetahui jumlah abu yang terdapat pada suatu bahan terkait dengan mineral dari bahan yang dianalisis. Cara kerja analisis kadar abu adalah sebagai berikut:
1.      Cawan abu porselen dibersihkan dan dikeringkan di dalam oven bersuhu sekitar 105 ˚C selama 30 menit.
2.      Cawan abu porselen tersebut dimasukkan ke dalam desikator (30 menit) dan kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 5 gram ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam cawan abu porselen.
3.      Selanjutnya dibakar di atas kompor listrik sampai tidak berasap
4.      dimasukkan ke dalam furnace pengabuan dengan suhu 600 ˚C selama 7 jam.
5.      Cawan dimasukkan di dalam desikator dibiarkan sampai dingin dan kemudian ditimbang.
% Kadar Abu = × 100%

 
Perhitungan kadar abu:

Keterangan:     A = Berat cawan abu porselen kosong (gram)
B = Berat cawan abu porselen dengan sampel basah (gram)
C = Berat cawan abu porselen + sampel setelah dikeringkan (gram)


 
3.3.3.      Pembuatan Ikan Asin
Berikut cara kerja pembuatan ikan asin pada praktikum kimia pangan hasil
perikanan adalah sebagai berikut:
3.3.3.1. Penggaraman Kering
Penggaraman ikan menggunakan metode penggaraman kering dapat dilakukan dengan cara:
1.      Melakukan penyiangan ikan yang akan diolah kemudian dicuci agar bersih hingga bebas dari sisa-sisa kotoran.
2.      Menyediakan sejumlah garam kristal sesuai berat ikan, untuk ikan berukuran besar jumlah garam yang harus disediakan berkisar 20-30% dari berat ikan, untuk ikan berukuran sedang 15-20%, sedangkan ikan yang berukuran kecil 5%.
3.      Menaburkan garam ke dalam wadah / bak setebal 1-5 cm, tergantung jumlah garam dan ikan yang akan diolah. Lapisan garam ini berfungsi sebagai alas pada saat proses penggaraman.
4.      Menyusun ikan di atas lapisan garam tersebut dengan cara bagian perut ikan menghadap ke dasar bak. Selanjutnya taburkan kembali garam pada lapisan ikan tersebut, lakukan penyusunan ikan dan garam secara berlapis-lapis hingga lapisan teratas adalah susunan dengan lapisan lebih banyak/tebal.
5.      Menutup tumpukan ikan dan garam tersebut dengan keranjang /anyaman bambu dan beri pemberat di atasnya.
6.      Membiarkan selama beberapa hari untuk terjadinya proses penggaraman.Untuk ikan berukuran besar selama 2-3 hari, ikan yang berukuran sedang dan ikan yang berukuran kecil selama 12-24 jam.
7.      Selanjutnya mencuci dengan air bersih dan ditiriskan, kemudian menyusun ikan di atas para-para penjemuran
8.      Pada saat penjemuran/pengering, ikan sekali-kali dibalik agar ikan cepat mengering.

3.3.3.2.  Penggaraman Basah
Penggaraman ikan menggunakan metode penggaraman basah dapat dilakukan dengan cara:
1.        Menyiapkan larutan garam jenuh dengan konsentrasi larutan 30-50%
2.        Ikan yang telah disiangi disusun di dalam wadah/bak kedap air, kemudian tambahkan larutan garam secukupnya hingga seluruh ikan tenggelam dan beri pemberat agar tidak terapung
3.        Lama perendaman 1-2 hari, tergantung dari ukuran / tebal ikan dan derajat keasinan yang diinginkan
4.        Setelah penggaraman, dilakukan pembongkaran terhadap ikan dan dicuci dengan air bersih
5.        Kemudian langkah terakhir ikan disusun di atas para-para untuk proses pengeringan/penjemuran

3.3.3.3.  Penggaraman Campuran
Penggaraman kench pada dasarnya adalah penggaraman kering, tetapi tidak menggunakan bak. Penggaraman ikan menggunakan metode penggaraman campuran dapat dilakukan dengan cara:
1.        Ikan dicampur dengan kristal garam seperti pada penggaraman kering di atas lantai atau di atas gelada kapal
2.        Larutan garam yang terbentuk dibiarkan mengalir dan terbuang
3.        Cara tersebut tidak memerlukan bak, tetapi memerlukan lebih banyak garam untuk mengimbangi larutan garam yang mengalir dan terbuang. Proses penggaraman kench lebih lambat
4.        Oleh karena itu, pada udara yang panas seperti di Indonesia, penggaraman kench kurang cocok karena pembusukan dapat terjadi selama penggaraman.
5.        Setelah penggaraman, dilakukan pembongkaran terhadap ikan dan dicuci dengan air bersih
6.        Kemudian langkah terakhir ikan disusun di atas para-para untuk proses pengeringan/penjemuran







 
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berikut hasil dari praktikum Kimia Hasil Perikanan tentang Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu Pada Ikan Asin, antara lain sebagai berikut:
Tabel 4.1.1. Uji Kadar Air Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
Sampel
A
B
C
Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
42,60 g
43,60 g
43,18 g

Tabel 4.1.2. Uji Kadar Abu Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
Sampel
A
B
C
Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
29,65 g
30,65 g
29,87 g

Keterangan:     A = Berat cawan kosong (gram)
                        B = Berat cawan + sampel basah (gram)
                        C = Berat cawan + sampel kering (gram)

4.2. Pembahasaan
            Berdasarkan praktikum Kimia Hasil Perikanan yang telah dilakukan, kami melakukan uji atau melakukan penentuan kadar air dan kadar abu dimana bahan yang digunakan yakni ikan asin sepat siam dimana setelah ikan sepat siam dilakukan penumbukan kan tersebut di timbang dan dibagi, sebagian untuk uji kadar air dan sebagian lagi untuk pengujian kadar air, penimbangan sampel tersebut harusnya di lakukan penghalusan ikan asin terlebih dahulu barulah menimbang, diakrenakan jika menimbang terlebih dahulu sebelum menghaluskan sampel, maka sampel yang telah ditimbang tersebut bisa jadi keakuratan penimbanganya berubah. Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukan banyaknya air yang terkandung di dalam bahanatau suatu sampel. Kadar air biasanya dinyatakan dengan persentase berat air terhadap bahan basah sedangkan berat bahan kering atau padatan adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap (konstan).
Hasil praktikum mengenai kadar air menunjukkan bahwa kadar air basis basah dari ikan asin sepat siam adalah 1 g sedangkan kadar air basis kering ikan asin sepat siam adalah 0,58 g penimbangan dilakukan menggunakan timbangan neraca analitik. Sedangkan jika ditambah dengan berat cawan kosong yang mulanya 42,60, setelah ditambah sampel basah menjadi 43,60, dan berat cawan ditambah sampel basis kering yakni 43,18, dari angka tersebut terlihat penurunan angka dikarenakan berkurangnya kadar air setelah di lakukan pengeringan menggunakan oven dengan suhu 105oC dan waktu selama 1 jam, sebelum mendapatkan hasil kadar air dari sampel tersebut setelah dieluarkan dari oven sampel didinginkan terlebih dahulu kedalam desikator selama 10 meint kemudian barulah ditimbang dan mendapatkan hasil angka kadar air.
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahanpangan dari ikan asin sepat siam, dan juga sebagai penentu parameter nilai gizi dari ikan asin sepat siam itu sendiri. Kandungan abu dan komposisi terhadap ikan asin tergantung pada macam bahan dan cara pengabuanya. Hasil praktikum mengenai kadar abu didapatkan kadar abu yang dimiliki ikan asin sepat siam, yaitu sebanyak 44,27. Perhitungan kadar abu yang terdapat pada ikan asin sepat siam, terlebih dahulu ditimbang bobot ikan yang digunakan. Setelah itu, dipanaskan ke dalam furnace pada suhu 600oC selama 7 jam untuk menguapkan bahan-bahan yang terkandung di dalam ikan asin sepat siam tersebut, kecuali mineralnya. Kemudian bahan didinginkan ke dalam desikator selama 10 menit. Setelah itu, ditimbang lagi berat cawan dan bahannya dengan menggunakan alat timbangan neraca analitik.










 
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang di peroleh dari praktikum Kimia Hasil Perikanan,  antara lain sebagai berikut:
1.      Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan tersebut.
2.      Kadar air pada ikan dan produk hasil perikanan dapat diketahui dengan metode pengeringan.
3.      Hasil dari kadar  air ikan asin sepat adalah 42%, sehingga kadar air dalam ikan asin sepat belum memenuhi standar, dimana standar untuk kadar air  adalah  <30%.
4.      Metode yang dilakukan untuk menganalisa kadar air adalah dengan metode oven yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang terdapat dalam bahan pangan tersebut dengan suhu 105ºC
5.      Metode yang dilakukan untuk menganalisa kadar abu adalah dengan metode furnace, dengan cara memasukkan cawan yang telah berisi bahan pangan kedalam furnace yang bersuhu 600ºC.


5.2. Saran
            Praktikum sudah berjalan dengan lancar, sejauh ini belum ada saran baik untuk asisten maupun praktikan yang bersangkutan.







DAFTAR PUSTAKA

Apriyantono. 1989. Analisis Pangan. Pusbangtepa IPB. Bogor.
Astuti. 2012. Kadar Abu. Penerbit Angkasa. Bandung.
Danuarsa. 2006. Analisis Proksimat dan Asam Lemak Pada Beberapa Komoditas
Kacang-kacangan.  Buletin Teknik Pertanian Vol.11 No.1.
Hafes. 2000.  Metode Analisis Proksimat.  Jakarta. Erlangga.
Jasin . 2004. Morfologi Ikan. UNDIP. Semarang.
Saanin. 1986. Sistematika dan Ikan Sepat. UNDIP. Semarang.
Suharto. 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. PT. Rineka Cipta. Yakarta.
Susi .  2001. Analisis dengan Bahan  Kimia .  Erlangga. Jakarta.
Taib, Gunarif. 1988. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian.
            PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Winarno. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta.








                                                                                                          













 
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM KIMIA HASIL PERIKANAN
PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ABU PADA
IKAN ASIN SEPAT SIAM (Trichogaster pectoralis)






Kelompok 1
Saputriani
05061181520003

         









PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Ikan merupakan salah satu bahan pangan terdiri dari sebagian besar air dan merupakan penyusun utama dalam tubuh, yaitu terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Bahan pangan termasuk bahan yang menganduk banyak air dan berguna sebagai sumber nutrisi, namun air yang terdapat dalam bahan tesebut juga sangat berpengaruh pada lama penyimpanan bahan. Kadar abu tersebut dapat menunjukkan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu. Bahan pangan yang terdapat di alam juga mengandung mineral yang berupa abu. Jumlah mineral tersebut hanya dapat diketahui jika dilakukan perlakuan khusus yaitu dengan teknik pengabuan. Kadar abu tersebut berpengaruh terhadap mutu suatu bahan, jika mengandung banyak kadar abu maka bahan pangan tersebut tidak baik untuk dikonsumsi untuk tubuh. Setiap bahan pangan harus diteliti terlebih dahulu sebelum dikonsumsi untuk tubuh. Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan (Winarno, 1992).
Jenis makanan yang dikonsumsi sebagian besar mengandung air yang berlebihan. Terdapat jumlah kandungan air yang berbeda pada setiap bahan pangan dan hal itu dapat ditentukan dengan berbagai metode dan prinsip. Selain kadar air, kadar abu juga merupakan satu hal yang penting dalam suatu bahan pangan. Kadar abu juga berbeda untuk setiap jenis bahan pangan. Pengukuran kadar air dalam suatu bahan sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Salah satu bidang yang memerlukan pengukuran kadar air adalah bidang pertanian. Mutu suatu bahan pangan ditentukan oleh kadar airnya, semakin tinggi kadar airnya, mutunya semakin jelek. Selain itu, kita juga perlu mengetahui penentuan kadar abu. Penentuan kadar abu digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Kandungan abu juga dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan dan keaslian bahan yang digunakan (Apriyanto, 1989).
Salah satu metode yang digunakan untuk menetapkan Kadar air pada suatu bahan adalah dengan menggunakan metode “Penetapan air dengan metode oven“, yaitu suatu metode yang dapat digunakan untuk seluruh produk makanan, kecuali produk tersebut mengandung komponen-komponen yang mudah menguap atau jika produk tersebut mengalami dekomposisiPenentuan kadar air dan kadar abu sangat penting utuk diketahui. Bagaimana proses penentuannya dan apasaja kelebihan serta kekurangan dari metode-metode penentuan kadar air dan kadar abu. Berdasarkan hal di atas maka perlu dilakukan praktikum mengenai kadar air dan kadar abu agar mahasiswa juga mengetahui metode penentuan kadar air dan kadar abu pada bahan pangan (Astuti, 2012).

1.2. Tujuan
Berikut tujuan dari praktikum Kimia Hasil Perikanan tentan Penentun Kadar Air dan Kadar Abu Pada Ikan Asin antara lain adalah untuk mengetahui kandungan kadar air maupun kadar abu didalam berbagai jenis makanan.
  















 
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis)
Sistematika dan morfologi ikan Sepat (Trichogaster pectoralis) menurut Saanin (1986) antara lain sebagai berikut:
kingdom          : Animalia
filum                 : Chordata
kelas                : Actiopterygii
ordo                 : Perciformes
family              : Osphronemidae
genus               : Trichogaster
spesies             : Trichogaster pectoralis
            Ikan sepat adalah salah satu ikan air tawar yang sangat mudah kita temui, bahkan kita tidak perlu repot-repot memancingnya di sungai. Untuk mendapatkan ikan ini bisa hanya menggunakan tangan saja karena jumlah dan jenis nya yang banyak. Ikan dengan yang termasuk kedaslam golongan Trichogaster  ini memiliki bentuk pipih, mata yang cukup besar, moncong runcing dan mulut yang kecil.  Jika melihatnya dengan teliti maka tampak titik hitam di bagian bawah sirip punggung  dan sebelum sirip ekornya. Ikan sepat memiliki warna keperak-perakan dengan berbagai corak warna lainnya tergantung jenis ikan sepat itu sendiri. Ukuran ikan sepat bisa mencapai 25 cm bahkan lebih. Ikan ini mempunyai jari-jari lunak yang pertama berubah menjadi alat peraba yang menyerupai cambuk panjang, dan juga duri pendek dengan sepasang duri pendek dan beberapa pasang jumpai pendek. Ikan yang masih sekerabat dengan ikan gurami, tambakan, dan betok  ini mempunyai Sirip Anal yang memanjang berada dibawah dada sampai pangkal ekor. Bentuk sirip dada nya sedikit runcing sedangkan sirip ekornya tidak mempunyai cagak  (Jasin, 2004).




2.2. Ikan Asin
         Ikan asin merupakan bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat. Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya mencapai 90%, dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah dicerna oleh konsumen (Suharto, 1991).
            Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat.Selain itu daging ikan yang diasinkan akan bertahan lebih lama dan terhindar dari kerusakan fisik akibat infestasi serangga, ulat lalat dan beberapa juga diantara jasad renik maupun jenis mikroba perusak lainnya (Afrianto, 1989).

2.3. Analisa Proksimat
Analisis proksimat merupakan metode yang tidak menguraikan kandungan nutrien secara rinci, namun berupa nilai perkiraan. Metode ini dikembangkan oleh Henneberg dan Stockman dari Weende Experiment Station di Jerman pada tahun 1865. Analisis makronutrien analisis proksimat meliputi kadar abu total, air total, lemak total, protein total dan karbohidrat total, sedangkan untuk kandungan mikronutrien difokuskan pada provitamin A (β-karoten). Analisis vitamin A dan provitamin A secara kimia dalam buah-buahan dan produk hasil olahan dapat ditentukan dengan berbagai metode diantaranya kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom absorpsi, kromatografi cair kinerja tinggi, kolorimetri dan spektrofotometri sinar tampak (Susi, 2001).
Analisa proksimat merupakan pengujian kimiawi untuk mengetahui kandungan nutrien suatu bahan baku pakan atau pakan. Metode analisa proksimat pertama kali dikembangkan oleh Henneberg dan Stohman pada tahun 1860 di sebuah laboratorium penelitian di Weende, Jerman yang menjelaskan bahwa analisa proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrien yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, juga serat kasar dan maupun bahan ekstrak tanpa nitrogen. Analisis proksimat mulai dikembangkan oleh Wilhelm Henneberg dan asistennya Stohman pada tahun 1960 di laboratorium Wende di Jerman. Oleh karena itu analisis model ini dikenal juga dengan analisis Wendee. Pada prinsipnya bahan pakan terdiri atas dua bagian yaitu air dan bahan kering yang dapat diketahui melalui pemanasan pada suhu 105°C. Selanjutnya bahan kering ini dapat dipisahkan antara kadar abu dan kadar bahan organik melalui pembakaran dengan suhu 500°C (Hafes, 2000).

2.4. Kadar Air
Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan tersebut yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah (wet basis). Dalam penentuan kadar air bahan hasil pertanian biasanya dilakukan berdasarkan obot basah. Dalam perhitungan ini berlaku rumus sebagai berikut: KA = (Wa / Wb) x 100%  (Taib, 1988).
Teknologi pengawetan bahan pangan pada dasarnya adalah menurunkan kandungan air bahan pangan sehingga kurang/tidak memberi kesempatan untuk tumbuh/hidupnya mikroba dengan pengeringan/penguapan kandungan air yang ada  di dalam maupun di permukaan bahan pangan, hingga mencapai kondisi tertentu. Salah satu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar air pada suatu bahan adalah dengan menggunakan metode “Penetapan air dengan metode oven“, yaitu suatu metode yang dapat digunakan untuk seluruh produk makanan, kecuali produk tersebut mengandung komponen-komponen yang mudah menguap ataupun bila dan jika suatu produk tersebut mengalami dekomposisi pada
pemanasan antara lain berkisar 100oC–102oC sampai diperoleh berat yang
 tetap (Apriyantono, 1989).
Berdasarkan suatu kadar air (bobot basah dan bobot kering) dan bahan basah atau bahan yang masih mengandung air dan bahan setelah dikeringkan atau yang telah tidak terkandung air, dapat ditentukan rasio pengeringan (drying ratio) dari bahan yang dikeringkan tersebut. Besarnya suatu “drying ratio“ dapat dihitung sebagai bobot bahan sebelum pengeringan per bobot bahan sebelum pengeringan per bobot bahan setelah pengeringan. Dapat dihitung dengan rumus: Drying ratio = bobot bahan sebelum pengeringan / bobot bahan setelah pengeringan (Danuarsa, 2006).

2.5. Kadar Abu
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu. Produk perikanan memiliki kadar abu yang berbeda-beda (Astuti, 2012).
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Penggilingan gandum, misalnya, apabila masih banyak lembaga dan endosperm maka kadar abu yang dihasilkannya tinggi. Banyaknya lembaga dan endosperm pada gandum menandakan proses pengolahan kurang baik karena masih banyak mengandung bahan pengotor yang menyebabkan hasil analisis kadar abu menjadi tidak murni. Kandungan abu juga dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan dan keaslian bahan yang digunakan. Kadar abu sebagai parameter nilai gizi, contohnya pada analisis kadar abu tidak larut asam yang cukup tinggi menunjukan adanya kontaminan atau bahan pengotor pada makanan tersebut (Astuti, 2012).







 
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM


3.1. Tempat dan Waktu
            Praktikum Kimia Hasil Perikanan tentang Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu Pada Ikan Asin ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Pada hari Kamis, 9 Februari 2017 pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai.

3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan untuk membuat ikan asin adalah baskom, pisau, talenan dan timbangan, dan alat yang digunakan untuk menganalisis kadar air adalah oven, neraca analitik, mantel penangas, desikator, cawan porselin.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis), ikan bulu ayam (Moustached thryssa), ikan patin djambal (Pangasius djambal), ikan gabus (Channa striata), ikan teri (Stolephorus commersonii), garam dan akuades.

3.3. Cara Kerja
Berikut cara kerja yang dilakukan pada praktikum Kimia Pangan tentang Analisa Kadar Air dan Kadar Abu Pada Ikan Asin antara lain sebagai berikut:
3.3.1.      Analisis Kadar Air (AOAC, 2005)
Prinsip dari analisis kadar air yaitu untuk mengetahui kandungan atau jumlah air yang terdapat pada suatu bahan. Cara kerja analisis kadar air adalah sebagai berikut:
1.            Cawan porselen kosong dan bersih dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ˚C selama 1 jam.
2.            Didinginkan dalam desikator selama kurang lebih 15 menit dan ditimbang.
3.            Sampel seberat 1 gram ditimbang setelah terlebih dahulu digerus. Dan dimasukkan kedalam cawan porselen kosong.
4.            Cawan yang telah diisi sampel tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 102-105 ˚C selama 5-6 jam.
5.            Cawan tersebut dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan sampai dingin (30 menit) kemudian ditimbang.
% Kadar Air = × 100%

 
Perhitungan kadar air :

Keterangan:     A = Berat cawan kosong (gram)
B = Berat cawan yang diisi dengan sampel (gram)
C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (gram
3.3.2.      Analisis Kadar Abu (AOAC, 2005)
Prinsip dari analisis kadar abu yaitu untuk mengetahui jumlah abu yang terdapat pada suatu bahan terkait dengan mineral dari bahan yang dianalisis. Cara kerja analisis kadar abu adalah sebagai berikut:
1.      Cawan abu porselen dibersihkan dan dikeringkan di dalam oven bersuhu sekitar 105 ˚C selama 30 menit.
2.      Cawan abu porselen tersebut dimasukkan ke dalam desikator (30 menit) dan kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 5 gram ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam cawan abu porselen.
3.      Selanjutnya dibakar di atas kompor listrik sampai tidak berasap
4.      dimasukkan ke dalam furnace pengabuan dengan suhu 600 ˚C selama 7 jam.
5.      Cawan dimasukkan di dalam desikator dibiarkan sampai dingin dan kemudian ditimbang.
% Kadar Abu = × 100%

 
Perhitungan kadar abu:

Keterangan:     A = Berat cawan abu porselen kosong (gram)
B = Berat cawan abu porselen dengan sampel basah (gram)
C = Berat cawan abu porselen + sampel setelah dikeringkan (gram)


 
3.3.3.      Pembuatan Ikan Asin
Berikut cara kerja pembuatan ikan asin pada praktikum kimia pangan hasil
perikanan adalah sebagai berikut:
3.3.3.1. Penggaraman Kering
Penggaraman ikan menggunakan metode penggaraman kering dapat dilakukan dengan cara:
1.      Melakukan penyiangan ikan yang akan diolah kemudian dicuci agar bersih hingga bebas dari sisa-sisa kotoran.
2.      Menyediakan sejumlah garam kristal sesuai berat ikan, untuk ikan berukuran besar jumlah garam yang harus disediakan berkisar 20-30% dari berat ikan, untuk ikan berukuran sedang 15-20%, sedangkan ikan yang berukuran kecil 5%.
3.      Menaburkan garam ke dalam wadah / bak setebal 1-5 cm, tergantung jumlah garam dan ikan yang akan diolah. Lapisan garam ini berfungsi sebagai alas pada saat proses penggaraman.
4.      Menyusun ikan di atas lapisan garam tersebut dengan cara bagian perut ikan menghadap ke dasar bak. Selanjutnya taburkan kembali garam pada lapisan ikan tersebut, lakukan penyusunan ikan dan garam secara berlapis-lapis hingga lapisan teratas adalah susunan dengan lapisan lebih banyak/tebal.
5.      Menutup tumpukan ikan dan garam tersebut dengan keranjang /anyaman bambu dan beri pemberat di atasnya.
6.      Membiarkan selama beberapa hari untuk terjadinya proses penggaraman.Untuk ikan berukuran besar selama 2-3 hari, ikan yang berukuran sedang dan ikan yang berukuran kecil selama 12-24 jam.
7.      Selanjutnya mencuci dengan air bersih dan ditiriskan, kemudian menyusun ikan di atas para-para penjemuran
8.      Pada saat penjemuran/pengering, ikan sekali-kali dibalik agar ikan cepat mengering.

3.3.3.2.  Penggaraman Basah
Penggaraman ikan menggunakan metode penggaraman basah dapat dilakukan dengan cara:
1.        Menyiapkan larutan garam jenuh dengan konsentrasi larutan 30-50%
2.        Ikan yang telah disiangi disusun di dalam wadah/bak kedap air, kemudian tambahkan larutan garam secukupnya hingga seluruh ikan tenggelam dan beri pemberat agar tidak terapung
3.        Lama perendaman 1-2 hari, tergantung dari ukuran / tebal ikan dan derajat keasinan yang diinginkan
4.        Setelah penggaraman, dilakukan pembongkaran terhadap ikan dan dicuci dengan air bersih
5.        Kemudian langkah terakhir ikan disusun di atas para-para untuk proses pengeringan/penjemuran

3.3.3.3.  Penggaraman Campuran
Penggaraman kench pada dasarnya adalah penggaraman kering, tetapi tidak menggunakan bak. Penggaraman ikan menggunakan metode penggaraman campuran dapat dilakukan dengan cara:
1.        Ikan dicampur dengan kristal garam seperti pada penggaraman kering di atas lantai atau di atas gelada kapal
2.        Larutan garam yang terbentuk dibiarkan mengalir dan terbuang
3.        Cara tersebut tidak memerlukan bak, tetapi memerlukan lebih banyak garam untuk mengimbangi larutan garam yang mengalir dan terbuang. Proses penggaraman kench lebih lambat
4.        Oleh karena itu, pada udara yang panas seperti di Indonesia, penggaraman kench kurang cocok karena pembusukan dapat terjadi selama penggaraman.
5.        Setelah penggaraman, dilakukan pembongkaran terhadap ikan dan dicuci dengan air bersih
6.        Kemudian langkah terakhir ikan disusun di atas para-para untuk proses pengeringan/penjemuran







 
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berikut hasil dari praktikum Kimia Hasil Perikanan tentang Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu Pada Ikan Asin, antara lain sebagai berikut:
Tabel 4.1.1. Uji Kadar Air Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
Sampel
A
B
C
Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
42,60 g
43,60 g
43,18 g

Tabel 4.1.2. Uji Kadar Abu Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
Sampel
A
B
C
Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
29,65 g
30,65 g
29,87 g

Keterangan:     A = Berat cawan kosong (gram)
                        B = Berat cawan + sampel basah (gram)
                        C = Berat cawan + sampel kering (gram)

4.2. Pembahasaan
            Berdasarkan praktikum Kimia Hasil Perikanan yang telah dilakukan, kami melakukan uji atau melakukan penentuan kadar air dan kadar abu dimana bahan yang digunakan yakni ikan asin sepat siam dimana setelah ikan sepat siam dilakukan penumbukan kan tersebut di timbang dan dibagi, sebagian untuk uji kadar air dan sebagian lagi untuk pengujian kadar air, penimbangan sampel tersebut harusnya di lakukan penghalusan ikan asin terlebih dahulu barulah menimbang, diakrenakan jika menimbang terlebih dahulu sebelum menghaluskan sampel, maka sampel yang telah ditimbang tersebut bisa jadi keakuratan penimbanganya berubah. Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukan banyaknya air yang terkandung di dalam bahanatau suatu sampel. Kadar air biasanya dinyatakan dengan persentase berat air terhadap bahan basah sedangkan berat bahan kering atau padatan adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap (konstan).
Hasil praktikum mengenai kadar air menunjukkan bahwa kadar air basis basah dari ikan asin sepat siam adalah 1 g sedangkan kadar air basis kering ikan asin sepat siam adalah 0,58 g penimbangan dilakukan menggunakan timbangan neraca analitik. Sedangkan jika ditambah dengan berat cawan kosong yang mulanya 42,60, setelah ditambah sampel basah menjadi 43,60, dan berat cawan ditambah sampel basis kering yakni 43,18, dari angka tersebut terlihat penurunan angka dikarenakan berkurangnya kadar air setelah di lakukan pengeringan menggunakan oven dengan suhu 105oC dan waktu selama 1 jam, sebelum mendapatkan hasil kadar air dari sampel tersebut setelah dieluarkan dari oven sampel didinginkan terlebih dahulu kedalam desikator selama 10 meint kemudian barulah ditimbang dan mendapatkan hasil angka kadar air.
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahanpangan dari ikan asin sepat siam, dan juga sebagai penentu parameter nilai gizi dari ikan asin sepat siam itu sendiri. Kandungan abu dan komposisi terhadap ikan asin tergantung pada macam bahan dan cara pengabuanya. Hasil praktikum mengenai kadar abu didapatkan kadar abu yang dimiliki ikan asin sepat siam, yaitu sebanyak 44,27. Perhitungan kadar abu yang terdapat pada ikan asin sepat siam, terlebih dahulu ditimbang bobot ikan yang digunakan. Setelah itu, dipanaskan ke dalam furnace pada suhu 600oC selama 7 jam untuk menguapkan bahan-bahan yang terkandung di dalam ikan asin sepat siam tersebut, kecuali mineralnya. Kemudian bahan didinginkan ke dalam desikator selama 10 menit. Setelah itu, ditimbang lagi berat cawan dan bahannya dengan menggunakan alat timbangan neraca analitik.










 
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang di peroleh dari praktikum Kimia Hasil Perikanan,  antara lain sebagai berikut:
1.      Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan tersebut.
2.      Kadar air pada ikan dan produk hasil perikanan dapat diketahui dengan metode pengeringan.
3.      Hasil dari kadar  air ikan asin sepat adalah 42%, sehingga kadar air dalam ikan asin sepat belum memenuhi standar, dimana standar untuk kadar air  adalah  <30%.
4.      Metode yang dilakukan untuk menganalisa kadar air adalah dengan metode oven yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang terdapat dalam bahan pangan tersebut dengan suhu 105ºC
5.      Metode yang dilakukan untuk menganalisa kadar abu adalah dengan metode furnace, dengan cara memasukkan cawan yang telah berisi bahan pangan kedalam furnace yang bersuhu 600ºC.


5.2. Saran
            Praktikum sudah berjalan dengan lancar, sejauh ini belum ada saran baik untuk asisten maupun praktikan yang bersangkutan.







DAFTAR PUSTAKA

Apriyantono. 1989. Analisis Pangan. Pusbangtepa IPB. Bogor.
Astuti. 2012. Kadar Abu. Penerbit Angkasa. Bandung.
Danuarsa. 2006. Analisis Proksimat dan Asam Lemak Pada Beberapa Komoditas
Kacang-kacangan.  Buletin Teknik Pertanian Vol.11 No.1.
Hafes. 2000.  Metode Analisis Proksimat.  Jakarta. Erlangga.
Jasin . 2004. Morfologi Ikan. UNDIP. Semarang.
Saanin. 1986. Sistematika dan Ikan Sepat. UNDIP. Semarang.
Suharto. 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. PT. Rineka Cipta. Yakarta.
Susi .  2001. Analisis dengan Bahan  Kimia .  Erlangga. Jakarta.
Taib, Gunarif. 1988. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian.
            PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Winarno. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta.








                                                                                                          













 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar