Sabtu, 08 April 2017

LAPORAN PRAKTIKUM BROWNIES TEPUNG BUAH PEDADA ~ Puput



LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM TEKNOLOGI INDUSTRI TUMBUHAN PERAIRAN

BROWNIES BUAH PEDADA (Sonneratia caseolaris)




Saputriani
05061181520003








PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Buah pedada terdapat di pantai utara Pulau Jawa, Cilacap sampai Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, NTB dan NTT dan Papua. Buah pedada berada pada sepanjang pantai berlumpur yang mempunyai salinitas rendah. Tinggi pohon pedada dapat mencapai 10 m, batang berbentuk silindris, kulit halus berwarna abu-abu atau coklat kehitaman sewaktu muda. Bentuk daun bulat telur dengan ujung bulat atau meruncing, ujung meruncing dengan panjang rata-rata 5-11 cm dan lebar antara 2-5 cm. Bunga tumbuh di ujung ranting dengan jumlah 1-3, buah berwarna ungu dan mempunyai bau yang sedap. Sifat buah pedada tidak beracun, asam dan dapat langsung dimakan. Regenerasi alami buah pedada cukup sulit, tetapi dapat dipermudah pengadaan bibit (Dwi,  2011).
Pemanfaatan tumbuhan mangrove sebagai bahan pangan, jauh lebih rendah dari pada potensi yang ada. Buah/hipokotil Bruguiera spp., Sonneratia caseolaris, dan Terminallia catapa mengandung pati dan dapat menjadi sumber karbohidrat. Rendahnya pemanfaatan tumbuhan mangrove di lokasi penelitian sebagai bahan pangan, selain disebabkan karena rasa, warna, dan penampilannya, diduga karena adanya kesan bahwa bahan makanan tersebut hanya layak dikonsumsi orang miskin atau pada masa paceklik, serta adanya kemudahan mendapatkan uang dari tangkapan biota laut untuk ditukar dengan beras atau bahan pangan lainnya (Priyono, 2010).
Mangrove tumbuh subur di sepanjang pantai di Indonesia terutama didekat muara-muara sungai. Mangrove secara tradisional dimafaatkan sebagai kayu bakar, bahan bangunan dan kerajinan, bahan obat-obatan dan beberapa dimanfaatkan sebagai makanan tambahan. Sonneratia yang lebih dikenal dengan pedada dan daun mudanya dipakai sebagai makanan tambahan dan sayuran. Buah yang masih muda dapat dimakan secara langsung rasanya seperti buah kedondong muda. Sedangkan buah yang tua biasanya dikukus dan dimakan dengan kelapa parut Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau sangat halus tergantung pemakaiannya. Biasanya digunakan untuk keperluan penelitian, rumah tangga, dan bahan baku industri. Tepung bisa berasal dari bahan nabati misalnya tepung terigu dari gandum, tapioka dari singkong, maizena dari jagung atau hewani misalnya tepung tulang dan tepung ikan (Suryana, 2002).
Hasil olahan buah Pedada dapat berupa bolu, puding, bapao, ketimus, donat. Selain itu minuman. sirup, jus, dawet. Tak ketinggalan, olahannya juga bisa menjadi lauk urap, keripik, lumpia. Yang harus diketahui, untuk mengolah buah pedada menjadi bahan siap makan tidak boleh sembarangan. Buah ini mengandung senyawa toksik yang cukup berbahaya bila dikonsumsi manusia, yakni HCN (asam sianida). Senyawa ini dalam dosis 0,5-3,5 mg/kg berat badan dapat mematikan manusia. Karena bila berada dalam tubuh mampu mengganggu enzim sitokrom-oksidase yang menstimulir reaksi pernafasan pada organisme aerobik. (Suryana, 2002).


1.2. Tujuan
Berikut tujuan dari praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan tentang Brownies Buah Pedada antara lain, sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui proses pembuatan tepung buah pedada
2.        Untuk mengetahui fungsi dari bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan brownies buah pedada
3.        Untuk mengetahui karakteristik brownies buah pedada dan analisis sensori.
  











BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Buah Pedada (Sonneratia caseolaris)
Klasifikasi dan Morgologi Buah Pedada Sonneratia caseolaris menurut Raindly (2006) antara lain sebagai berikut sebagai berikut :
Kingdom         :     Plantae
filum               :     Anthophyta
kelas                :     Angiospermae
ordo                :     Myrtales
famili              :     Sonneratiaceae
genus              :     Sonneratia
spesies             :     Sonneratia caseolaris.
            Buah pedada merupakan buah yang bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga, berbentuk bola, dan ujung buah tersebut bertangkai. Buah tersebut tidak beracun dan langsung dapat dimakan. Buah pedada memiliki rasa yang asam dan aroma yang khas yang menjadi daya tarik buah tersebut. Pedada (Sonneratia caseolaris) merupakan salah satu penyusun hutan bakau yang berada di sepanjang pantai berlumpur yang mempunyai salinitas rendah dan merupakan wadah berkumpulnya kunang-kunang. Buah pedada berbentuk bulat, ujung bertangkai, dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah ini memiliki diameter antara 6-8 cm dan biji berjumlah 800-1200. Tentang dinamika dan struktur hutan mangrove menyatakan bahwa buah pedada berwarna hijau, dan mempunyai aroma yang sedap. Buah pedada tidak beracun, asam dan dapat langsung dimakan. menyatakan bahwa tanaman ini menghasilkan buah yang dikenal dengan buah pedada dan nama internasionalnya yaitu Crabapple mangrove (Raindly, 2006).
Buah pedada berada pada sepanjang pantai berlumpur yang mempunyai salinitas rendah. Tinggi pohon pedada dapat mencapai 10 m, batang berbentuk silindris, kulit halus berwarna abu-abu atau coklat kehitaman sewaktu muda. Bentuk daun bulat telur dengan ujung bulat atau meruncing, ujung meruncing dengan panjang rata-rata 5-11 cm dan lebar antara 2-5 cm. Bunga tumbuh di ujung ranting dengan jumlah 1-3, buah berwarna ungu dan mempunyai bau yang sedap (Soeroyo 1988). Sifat buah pedada tidak beracun, asam dan dapat langsung dimakan. Regenerasi alami buah pedada cukup sulit, tetapi dapat dipermudah dengan regenerasi buatan dengan pengadaan bibit (Santos, 2008).
Buah pedada termasuk ke dalam kelas Angiospermae, tumbuhan biji terbuka yang memiliki propagule atau bakal buah yang sangat unik. Memiliki kemampuan mengapung dan memiliki akar napas untuk membantu dalam proses respirasi serta reproduksinya. Polinasi yang dipengaruhi oleh serangga dan angin. Adaptasi yang tinggi terhadap salinitas yang tinggi maupun rendah dengan daun yang tebal, dan adaptasi dengan akar napas serta bereproduksi  dengan bakal buah yang disebut propagule. Pedada adalah sejenis pohon penghuni rawa-rawa tepi sungai dan hutan bakau dengan pohon berukuran kecil hingga sedang, tinggi sekitar 15 m, tajuk renggang dengan ranting-ranting menggantung di ujung, serta banyak akar nafas muncul vertikal di sekeliling batangnya (Santos, 2008).
Buah ini memiliki morfologi yang sangat unik berbentuk bulat dengan diameter 6-8 cm. Sonneratia memiliki perawakan sebagai pohon besar yang memiliki banyak sekali akar berbentuk serupa pensil yang mencuat ke atas. Bentuk akar ini merupakan bentuk adaptasi sonneratia untuk bernafas mengambil udara, karena kondisi tanah mangrove yang anoksik. Secara langsung bisa dikatakan kondisi anoksik adalah kondisi beracun, tapi arti sebenarnya dari anoksik adalah kurang oksigen atau tidak ada oksigen. Mangrove pedada merupakan mangrove yang tumbuh dikawasan pesisir dengan adaptasi tinggi terhadap kondisi salinitas. Morfologi dari buah pedada adalah buah terdiri dari bagian tangkai yang berada paling atas. Bentuk daun dari buah pedada adalah elips dengan ujung daun yang membulat, jumlah kelopak 6 dengan warna hijau yang mengkilap, warna buah hijau, kondisi buah pada saat praktikum masih dalam keadaan mentah, bentuk buah elips, susunan dari tulang daun menjari, benang sari berwarna merah dan renggang, diameter buah 6-8 cm, jumlah bivji 800-1200 buah dan warna daging putih (Raindly, 2006).

2.2. Brownies
Brownies adalah salah satu produk bakery yang sudah sangat populerdan umum dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Pada dasarnya brownies digolongkan produk cake namun ada sebagian orang yang menggolongkan brownies ke dalam golongan kukis batang (bar cookies) karena teksturnya yang kering di permukaan (Anonymous a, 2008). Produk brownies memiliki kandungan lemak mencapai 60% total adonan bahkan lebih, karena pada pembuatannya, lemak (shortening) ditambahkan untuk meningkatkan kualitas sensoris produk. Lemak yang ditambahkan pada brownies umumnya berupa margarin yang memiliki kandungan asam lemak jenuh berantai panjang (Muchtadi, 1992).
Brownies merupakan kue bertekstur agak keras dan padat, berwarna coklat kehitaman dan memiliki rasa khas dominan cokelat. Brownies merupakan jenis kue yang berbahan pembuatanya adalah dengan bahan dasar cokelat, dan dapat dibuat dengan proses pemanggangan dan maupun pengukusan. Brownies dengan proses kukus merupakan cara atau alternative yang sudah familiar digunakan dan juga mudah dalam pengaplikasianya. Brownies merupakan salah satu kue yang sering ditemukan dan digemari oleh masyarakat. Brownies memiliki berbagai macam sejarah yang belum diketahui kebenarannya beredar hingga kini (Muchtadi, 1992).

2.3. Bahan tambahan
Bahan Tambahan Pangan atau BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau karakteristik pangan, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi. BTP dapat ditambahkan pada proses produksi, pengemasan, transportasi atau penyimpanan. Bahan tambahan sengaja ditambahkan dengan tujuan untuk meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa, aroma, mengendalikan keasaman dan kebasaan, serta untuk menetapkan bentuk dan rupa seperti gula dan garam. Bahan tambahan berupa garam dapur halus, sedangkan bumbu penyedap dibuat dari campuran bawang putih dan merica (Eskin, 1990).
2.3.1. Tepung Terigu
Tepung terigu adalah salah satu bahan makanan yang dibuat dari biji gandum yang berbentuk serbuk atau butiran sangat halus berwarna putih. Tepung terigu ini merupakan salah satu jenis tepung yang sering digunakan manusia dalam membuat berbagai jenis makanan dan masakan. Tepung terigu adalah butiran halus yang terbuat dari gandum atau biji-bijian seperti jagung, oats, nasi dan rye (Paula Figoni 2008). Kata "terigu" sebenarnya diambil dari bahasa Portugis "trigo" yang memiliki arti "gandum". Namun, ada sedikit perbedaan antara gandum utuh dengan terigu. Jika gandum berwarna coklat dan cenderung lebih kasar, maka terigu berwarna putih dan lebih halus teksturnya. Ini disebabkan karena terigu mengalami beberapa tahap pengolahan. Karena itulah, terigu lebih banyak mengandung gluten dan punya kadar kekenyalan lebih tinggi ketimbang gandum utuh (Paula, 2008).
2.3.2. Coklat
       Cokelat adalah sebutan untuk makanan yang diolah dari biji kakao.Cokelat umumnya diberikan sebagai hadiah atau bingkisan di hari raya. Dengan bentuk, corak, dan rasa yang unik, cokelat sering digunakan sebagai ungkapan terima kasih, simpati, atau perhatian. Bahkan sebagai pernyataan cinta. Cokelat juga telah menjadi salah satu rasa yang paling populer Indonesia dan di dunia. Selain sebagai cokelat batangan yang paling umum dikonsumsi, cokelat juga menjadi bahan minuman hangat dan dingin. Cokelat adalah sebutan untuk hasil olahan makanan atau minuman dari biji kakao (Theobroma Cacao).Kata coklat berasal dari xocoatl (bahasa suku Aztec) yang berarti minuman pahit. Cokelat pertama kali dikonsumsi oleh penduduk Mesoamerika kuno sebagai minuman. Cokelat mengandung alkoloid- alkoloid seperti teobromin, fenelitamina, dan anandamida, yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan- kandungan ini banyak dihubungkan dengan tingkat serotamin dalam otak. Menurut ilmuan, cokelat yang dimakan dalam jumlah normal secara teratur dapat menurunkan tekanan darah (Santa, 1992).

2.3.3. Mentega
            Mentega adalah produk olahan susu yang bersifat plastis, diperoleh melalui proses pengocokan (Churning) sejumlah krim. Mentega yang baik harus mengandung lemak minimal 80%. Kadar air maksimal 16%, kadar protein maksimal 1% dan MSNF (Milk Solids Non-Fat) tidak lebih dari 2 %. Warna kuning pada mentega disebabkan oleh zat warna β karoten dalam krim. Nilai gizi mentega banyak tergantung pada kandungan lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Mentega merupakan sumber vitamin A yang sangat baik dan merupakan makanan yang berenergi tinggi (7-9 kalori/g), tidak mengandung laktosa dan mineral serta berprotein rendah (Sumarman, 2007.).
Mentega adalah produk yang terbuat dari lemak susu di mana ke dalamnya dapat ditambahkan garam untuk mendapatkan rasa yang lebih baik dan untk menjaga mutu. Warna kuning pada mentega disebabkan oleh zat warna beta karoten dalam krim. Nilai gizi mentega banyak tergantung pada kandungan lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Mentega merupakan sumber vitamin A yang sangat baik dan merupakan mekanan berenergi tinggi (7-8 kalori/g), tidak mengandung laktosa dan mineral serta berprotein rendah (Buckle, 1987).

2.3.4. Telur
Telur merupakan salah satu bahan pangan yang paling lengkap gizinya. Selain itu, bahan pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Komposisinya terdiri dari 11% kulit telur, 58% putih telur, dan 31% kuning telur. Kandungan gizi terdiri dari protein 6,3 gram, karbohidrat 0,6 gram, lemak 5 gram, vitamin dan mineral di dalam 50 gram telur. Protein disusun dari asam-asam amino yang terikat satu dengan lainnya. Mutu protein ditentukan oleh asam-asam amino dan jumlah masing-masing asam amino. Protein telur merupakan protein yang bermutu tinggi dan mudah dicerna. Dalam telur, protein lebih banyak terdapat pada kuning telur, yaotu sebanyak 16,5%, sedangkan pada putih telur sebanyak 10,9%. Dari sebutir telur yang berbobot sekitar 50 gram, kandungan total proteinnya adalah sebanyak 6 gram (Iqbal, 2008).
Lemak Kandungan lemak pada telur sekitar 5 gram. Lemak pada telur terdapat pada kuning telur, sekitar 32%, sedangkan lemak yang lain terdapat pada putih telur . Zat gizi ini mudah dicerna oleh manusia. Lemak pada telur terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida dan kolesterol. Fungsi trigliserida dan fosfolipida umumnya menyediakan energi yang diperlukan untuk aktivitas sehari-hari. Vitamin dan Mineral Telur mengandung semua vitamin. Selain sebagai sumber vitamin, telur juga merupakan bahan pangan sumber mineral. Beberapa mineral yang terkandung dalam telur di antaranya besi, fosfor, kalsium, tembaga, yodium, dan juga sulfur (Iqbal, 2008).
2.3.5. SP
                Sp sebenarnya bukan bahan pengembang melainkan cake emulsifier atau pelembut dan pensetabil adonan agar adonan cake homogen dan tidak mudah turun saat dikocok serta adonan tercampur dengan baik. Fungsi SP tidak jauh berbeda dengan ovalet atau TBM yaitu membuat adonan menjadi homogen dan tidak mudah turun saat dikocok atau biasa di sebut cake emulsifier. Biasanya digunakan untuk cake, bolu atau kue-kue lain yang menggunakan teknik telur dikocok hingga mengembang kaku. Kandungan kimia SP adalah Ryoto ester (gula ester). Dimana esternya adalah asam lemak seperti asam stearat, palmitic, dan oleic. Bahan SP terkadang merupakan produk hewani sehingga kehalalannya masih diragukan. Bentuknya pasta seperti ovalet. Biasanya dijual dengan merek dagang SP cap Koepoe-Koepoe, SP Baker Cream, SP-Nova atau Sponge-28. Cocok digunakan dalam pembuatan kue apapun, biasanya digunakan pada waktu pembuatan kue yang metodenya pengocokan telur dan gula terlebih dahulu dan diakhiri dengan mentega yang dilelehkan (Rahayu, 1999).

2.3.6. Baking Soda
   Soda kue (baking soda) adalah nama lain untuk sodium bicarbonat. Baking soda ini bentuknya bubuk putih. Soda kue adalah salah satu komponen yang ada di dalam baking powder. Dari segi kehalalan bahan ini tidak terlalu bermasalah, karena biasanya soda kuen ini dapat berasal dari batu-batuan.
Baking soda merupakan sodium bi-karbonat murni. Formula kimianya NaHCO3 dan baking soda berbentuk bubuk putih dengan biji-biji kristal. Baking soda adalah garam kimia yang punya beragam fungsi. Baking soda bersifat basa lemah sehingga berguna untuk menetralisasi asam dan memecah protein. Sifat tersebut membuat baking soda sebagai pembuat empuk daging dan
juga sebagai pengembang adonan kue (Ketaren, 1986).
Jika baking soda dikombinasikan dengan bahan yang cenderung basah dan mengandung asam (seperti yogurt, cokelat, mentega susu, madu), reaksi kimia yang akan muncul adalah gelembung karbon dioksida yang semakin membesar dalam temperatur tempat pemanggang sehingga bahan makanan akan mengembang. Reaksi itu terjadi seketika, begitu baking soda dicampur dengan bahan-bahan makanan. Karena itu, makanan yang mengandung baking soda harus segera dipanggang, jika tidak, makanan tidak bisa mengembang sesuai keinginan. Baking soda juga menetralkan molekul aroma asam sehingga banyak dipakai sebagai bahan pengharum. Ketika ditambahkan ke dalam air sewaktu mencuci pakaian, baking soda menstabilkan derajat keasaman sehingga daya kerja detergen semakin bertambah. Baking soda juga bisa dilarutkan ke dalam air kolam renang untuk menyeimbangkan pH (derajat keasaman) dan menjaga air tetap bersih (Ketaren, 1986).



















BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM


3.1. Tempat dan Waktu
            Praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan (TITP) tentang Brownies Buah Pedada ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Pada hari Senin, 13 Maret 2017 pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai.

3.2. Alat dan Bahan
          Alat yang digunakan pada praktikum Brownies Buah Pedada ini adalah sendok, loyang, baskom, kompor, oven, pisau, mixer, dan blender  sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tepung buah pedada, vanili,  coklat bubuk, coklat balok, mentega, gula, sp, baking soda, dan telur.

3.3. Cara Kerja
Berikut cara kerja yang dilakukan pada praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan tentang Brownies Buah Pedada, antara lain sebagai berikut:
3.3.1.  Prosedur Pembuatan Tepung uah Pedada
1.      Sortasi buah pedada (pilih buah pedada yang belum matang).
2.      Cuci dan kupas kulit buah pedada.
3.      Bleaching buah pedada pada suhu 80°C selama 5 menit.
4.      Potong buah pedada, lalu bleneder dengan ditambahka air (1:2).
5.      Saring dengan saringan 40 mesh (prosedur 70 mesh).

3.3.2.  Prosedur Pembuatan Brownies Buah Pedada
1.      Lelehkan margarine dan coklat balok dengan cara di tim.
2.      Campurkan tepung buah pedada, tepung terigu, vanili, coklat bubuk, dan baking powder.
3.      Aduk telur dan gula dengan mixer hingga mengembang, lalu masukkan sp.
4.      Masukkan campuran tepung kedalam adonan, aduk dengan kecepatan rendah.
5.      Masukkan lelehan coklat dan mentega yang dingin, lalu aduk hingga rata.
6.      Masukkan ke dalam Loyang yang sudah dilumuri dengan mentega dan tepung.
7.      Kukus selama 40 menit, kukus dan oven dengan suhu 175°C selama 50 menit
8.      Lakukan analisa sensori.





























BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berikut hasil dari praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan tentang Brownies Buah Pedada, antara lain sebagai berikut:
Tabel 4.1.1. Uji sensori Brownies Buah Pedada
Parameter
Kode
123
456
Kenampakan
3
4
Warna
1
3
Tekstur
2
4
Rasa
2
4
Aroma
2
2

Keterangan:
1 = Sangat suka
2 = Suka
3 = Agak suka
4 = Tidak suka
5 = Sangat tidak suka















4.2. Pembahasaan
            Berdasarkan praktikum Teknologi Industri Tumbuhan perairan yang telah dilakukan, kami memuat produk olahan prduk modern semi basah yakni Brownies Buah Pedada, yang mana pengertian  brownies itu sendiri adalah salah satu produk bakery, brownies merupakan kue yang bertekstur agak keras dan padat, berwarna coklat kehitaman dan memiliki rasa khas dominan cokelat. Brownies merupakan jenis kue yang berbahan pembuatanya adalah dengan bahan dasar cokelat, dan dapat dibuat dengan proses pemanggangan dan maupun pengukusan.  Brownies Buah Pedada yang berbahan dasar yakni dari buah pedada itu sendiri.
Penggunaan buah pedadatersebut di sortir terlebih dahulu berdasarkan tingkat kematangan nya, untuk membuat tepung buah pedada ini dipilihlah buah pedada yang masih dalam keadaan mentah atau belum matang atau masih bertekstur keras, hal tersebut menghindari tingkat rasa dari tepung yang akan dihasilkan kelak, serta jika menggunakan buah pedada yang telah dalam keadaan matang, susah untuk di ekstraksi karena buah pedada tersebut mengandung lebih banyak air, jdai kemungkinan untung menghilangkan kadar air dalam calon tepung buah pedada tersebut sulit atau lama agar bertekstur benar-benar seperti tepung dan kering, maka dari itulah dipilih buah pedada yang masih mentah karena dengan kandungan sedikit air pada buah akan mempermudah dalam pembuatan tepung buah pedada itu sendiri. yang telah melakukan ekstraksi maupun pengolahan hingga seperti tepung yang bernama tepung buah pedada, dan juga di tambah dengan bahan pendukung atau bahan tambahan lainya antara lain seperti tepung terigu, telur, mentega, SP, baking soda, coklat bubuk, coklat batang, dan gula,  yang dimana seluruh bahan untuk membuat brownies buah pedada tersebut memiliki peranan masing-masing untuk mendukung hasil dari produk olahan semi basah yakni brownies buah pedada tersebut.
Dalam mendukung hasil dari produk itu sendiri yang diantaranya, cita rasa, warna, aroma pada brownies buah pedada tersebut. Penggunaan buah pedada untuk menjadi bahan dasar dari brownies buah pedada tersebut dikarenakan buah pedada memiliki manfaat secara fungsional yang banyak, dan sangat baik atau bermanfaat bagi kesehatan orang yang mengkonsumsinya. Dari hasil uji sensori yang telah dilakukan brownies buah pedada yang paling baik dengan kode 123, yang dimana penampakan, aroma, tekstur, keempukan dan rasa dari brownies buah pedada tersebut itu semuanya dengan keterangan suka bahkan sangat suka, terlihat dari organoleptik yang telah kami lakukan.
            Dalam pembuatan brownies buah pedada ini hal yang harus dipehatikan hanyalah saat mengaduk ataupun me mixer seluruh bahan hingga homogen atau tercampur rata. Dimana saat pertama memasukkan bahan haruslah diaduk dan di mixer dengan waktu yang cukup dan dengan rata agar mentega yang ditambahkan larut dan homogen. Penambahan bahan lain seperti tepung terigu yakni untuk membuat adonan yang jadi kelak  brownies buah pedada tersebut nampak padat dan kompak, asalkan mengaduk bahan tersebut dengan homogen, jika tidak maka adonan yang akan dimasak dan dikukus kelak tersebut akan menggumpal tidak merata dan semua bahan tidak akan matang menyeluruh setelah jadi kelak dapat dikatakan tekstu brownies buah pedada saat jadi nanti akan bertekstur benyek atau basah. Penambahan telur sebagai bahan tambahan brownies buah pedada tersebut agar cake yang jadi kelak tidak bantat tetapi mengembang dan empuk sempurna karena telur yang memberikan rongga udara atau oksigen pada tingkat kepadatan brownies buah pedada.
Untuk bleaching, proses bleaching ini bertujuan untuk menginaktifkan enzim yang akan menyebabkan perubahan kualitas pada bahan pangan terkhsus buah pedada itu sendiri. Proses bleaching ini diterapkan khususnya untuk bahan pangan yang masih segar. Proses bleaching harusnya dilakukan untuk menjamin bahwa enzim-enzim yang menyebabkan perubahan kualitas warna, bau, cita rasa, tekstur dan gizi dari suatu buah pedada segar selama proses penyimpanan. Selama proses penundaan sebelum dilakukan nya pengolahan, enzim akan mengkatalis reaksi oksidasi terhadap senyawa fenol yang akan mengakibatkan proses pembentukan warna coklat pada buah tersebut.
Begitupun pembuatan brownies buah pedada ini dilakukan selain untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara membuat makanan pangan olahan semi basah dengan cara yang cukup modern yakni dengan cara pengukusan maupun pengovenan. Pengovenan dilakukan tidak berdaarkan prosedur, di dalam prosedur dengan kurun waktu selama 10 jam dengan suhu kurang lebih 70°C, akan tetapi saat praktikum berlangsung yang dilakukan saat pengovenan yakni pada suhu 105°C dengan selang waktu selama kurang lebih 18 jam, hal tersebut dilakukan mungkin karena untuk mempercepat proses pengovenan, sehingga dengan pemberian waktu yang cukup lama dan suhu yang cukup tinggi dari yang prosedur seharusnya bertujuan untuk mempercpat pengeringan buah pedada itu sendiri, lebih cepat lebih baik jadi lebih cepat juga prakikum berlangsung, jika menggunakan suhu dan waktu berdasarkan ketentuan mungkin saat pengovenan untuk menguapkan air dari dalam bahan tersebut kurang optimal, sehingga tepung yang di hasilkan kelak tidak begitu kering, maka demikian diberikan pengaturan sedikit agar tepung buah pedada yang dihasilkan kering sempurna.
Setelah pengovenan ekstraksi dilakukan terhadap tepung buah pedada tersebut setelah menjadi dalam bentuk bubuk atau bertekstur halus dilakukan lah penyaringan, penyaringan dilakukan dengan 40 mesh, akan tetapi dalam prosedur percobaan harus nya dilakukan penyaringan serbuk tepung dengan 70 mesh, hal ini karena ukuran volume atau lubang saringan 40 mesh lebih kecil, sehingga serbuk tepung yang di hasilkan akan nampak dan bertekstur lebih halus, sehingga tepung brownies buah pedada kelak jadinya akan lebih lembut tidak kasar. Peng tim an produk brownies buah pedada ini yakni pengukusan, dimana pengukusan ini bertujuan agar margarine dan coklat bubuk masuk ke dalam adonan dengan sempurna, maka dari itulah di lakukan peng timan produk brownies buah pedada tersebut.
Brownies yang berbahan dasar dapat dikatakan dari tumbuhan perairan karena buah pedada yang merupakan buah dari tanaman tingkat tintgi yakni tanaman mangrove ini, juga agar mahasiswa atau konsumen yang sebelumnya belum mengenal bahkan tidak tahu akan rasa dari buah pedada tersebut agar dapat makan brownies yang bahan dasarnya tak lain buah pedada, sehingga yang sebelumnya seseorang yang mungkin kurang suka dari rasa asam nya buah pedada atau bahkan tidak tahu bagaimana rasa nya maka dengan adanya di buat brownies buah pedada bisa merasakan karena telah dibuat olahan makanan dengan cita rasa yang enak. Berdasarkan organoleptik yang telah kami lakukan, brownies buah pedada yang baik yakni dengan kode 123 dan juga untuk brownies buah pedada yang tidak begitu baik dengan kode 456.   
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang di peroleh dari praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan tentang Brownies Buah Pedada,  antara lain sebagai berikut:
1.      Buah Pedada (Sonneratia caseolaris) merupakan salah satu penyusun hutan bakau yang memiliki cita rasa asam.
2.      Buah pedada merupakan makanan fungsional yang fungsinya sangat baik untuk tubuh.
3.      Coklat memiliki banyak khasiat, salah satunya yakni mencegah penuaan dini yang bisa terjadi karena polusi ataupun radiasi.
4.      Tekstur  kepadatan pada brownies buah pedada dipengaruhi oleh banyaknya pemberian tepung buah dad itu sendiri.
5.      Pemberian telur pada pencampuran brownies buah pedada berfungsi untuk memberikan rongga udara, agar tekstur pada brownies menjadi empuk tida bantet.
6.      SP pada brownies buah pedada berfungsi sebagai pengembang dan juga sebagai penghomogen adoan pada brownies tersebut.
7.      Brownies dengan kode 456 memiliki tekstur basah, tidak padat, hal tersebut mungkin karena kurangnya penambahan tepung terigu dan tepung buah pedada pada adonan brownies.
8.      Brownies buah pedada yang paling baik ialah brownies dengan kode 123 berdasarkan uji sensori yang telah dilakukan.


5.2. Saran
            Alangkah baiknya setiap kelompok melakukan praktikum pembuatan brownies buah pedada, tidak hanya dengan dua sampel, agar prakikan lebih memahami bagaimana proses pembuatan brownies buah pedada tersebut dengan baik dan benar serta agar praktikan tidak ribut dan tidak sulit dikondisikan jika semua praktikan membua brownies buah pedada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar