Sabtu, 08 April 2017

LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR LEMAK IKAN PATIN ~ Puput


LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM KIMIA HASIL PERIKANAN
PENENTUAN KADAR LEMAK
IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus)









Saputriani
05061181520003

         









PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Minyak atau lemak merupkan komponen bahan makanan yang penting. Belakangan ini banyak produk pangan mengandung lemak yang dikonsumsi sebagai makanan ringan maupun makanan pokok. Lemak (lipid) dalam makanan ini merupakan komponen tidak larut dalam air yang berasal dari tumbuhan dan hewan, tetapi lemak dapat larut dalam pelarut organik. Lipid atau lemak merupakan senyawa organik yang dapat diekstraksi dari sel dan jaringan oleh pelarut non-polar seperti kloroform, eter, dan benzene. Untuk mengetahui kadar lemak atau minyak dalam bahan pangan maka perlu dilakukan analisis kadar lemak (Makfoeld, 2002).
Pada umumnya, analisis lemak menggunakan pelarut non polar seperti aseton, alkohol, khloroform, dan sebagainya. Pada analisis kadar kadar lipida (lemak/minyak) menggunakan pelarut, selain lemak juga terikut fosfolipida, sterol, asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen lainya. Hasil analisanya disebut lemak kasar. Lemak atau minyak dari bahan kering dapat dikerjakan secara terputus-putus. Metode yang digunakan untuk menentukan kadar lemak adalah metode soxhlet. Prinsip dari metode ini adalah lemak atau minyak diekstraksi dengan pelarut lemak atau minyak seperti petroleum eter, petroleum benzen, dan lain-lain. Setelah pelarutnya diuapkan, lemak atau minyak dapat ditimbang dan dihitung presentasenya (Makfoeld, 2002).
Ikan sangat bermanfaat bagi kesehatan sebagai zat pengatur dan pembangun, karena mengandung protein, lemak dan mineral. Ikan mempunyai rasa yang khas dan mudah didapat, selain itu serat ikan pendek dan mudah putus, sehingga mudah dikunyah dan dicerna oleh alat pencernaan kita, oleh karena itu banyak masyarakat yang mengkonsumsi ikan. Salah satu jenis ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, terutama di daerah Sumatra dan Kalimantan adalah Pangasius djambal yang lebih dikenal dengan ikan patin. Jenis ikan patin yang banyak dibudidayakan di Kalimantan adalah patin djambal (pangasius djambal). Daging ikan ini memiliki kandungan protein rata rata 68,6%,lemak rata rata 5,8 %, abu 3,5%, dan kandungan air 59,3 % dalam satu kilogram dagimg ikan (Darmasih, 1997).
Daging ikan patin berwarna putih serta memiliki karakteristik rasa yang sangat khas,mempunyai rasa yang enak dan gurih yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat umum, sehingga tergolong ikan unggul, serta memiliki nilai gizi yang tinggi terutama kandungan protein dan lemak. Salah satu ciri khas ikan patin adalah memiliki banyak kandungan lemak pada bagian perutnya. Oleh sebagian masyarakat terutama di daerah budidaya tambak ikan patin, lemak ini dimanfaatkan sebagai pengganti minyak goreng. Mereka memperoleh minyak (lemak cair) ini dengan cara memanaskan lemak pada bagian perut ikan patin sehingga lemak mencair. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai kualitas lemak pada bagian perut ikan patin yang meliputi penentuan kandungan air, kandungan asam lemak bebas asam, angka Iod dan bilangan peroksida (Ahira, 2009).     


1.2. Tujuan
Berikut tujuan dari praktikum Kimia Hasil Perikanan tentang Penentun Kadar Lemak Pada Ikan Patin Siam antara lain adalah untuk mengetahui kadar lemak yang terkandung pada bagian-bagian tubuh ikan patin.
  













BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus)
Sistematika dan morfologi ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) menurut BSN (Badan Standar Nasional) (2000) antara lain sebagai berikut:
kingdom          : Animalia
filum                : Chordata
kelas                : Pisces
ordo                 : Ostariophysi
famili               : Pangasidae
genus               : Pangasius
spesies             : Pangasius  hypophthalmus
            Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk species Pangasius hypophthalmus yang hidup di perairan tropis Indo Pasifik. Ikan patin tidak bersisik (bertubuh licin) memiliki badan memanjang berwarna putih seperti perak dengan punggung berwarna kebiru–biruan, panjang tubuhnya dapat mencapai 120 cm, kepala relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (sub-terminal) dengan dua pasang kumis di sudut mulutnya yang berfungsi sebagai peraba.Bentuk tubuh agak memanjang, kepala berbentuk simetris, badan licin tidak bersisik, mulut agak lebar, mempunyai 2 pasang sungut, mata terletak agak ke bawah. Ikan patin siam dicirikan oleh sirip punggung yaitu D.I.4-7, sirip dada P.I.5-9, sirip perut V.3-8, anal A.30-33, serta mempunyai sirip tambahan adifose fin antara sirip punggung dan sirip ekor, bercagak dengan tepinya agak putih. Antara sirip kiri kanan harus seimbang. Warna  tubunya abu-abu kehitam-hitaman pada bagian punggung mulai dari daerah kepala sampai bagian ekor belakang dan warna putih keperakan pada bagian perut (BSN, 2000).




2.2. Lemak
          Lemak merupakan bahan padat dalam suhu kamar.  Lemak mengandung  asam lemak jenuh yang tinggi,  tidak memiliki ikatan rangkap sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi. Contoh asam lemak jenuh yang banyak terdapat di alam adalah asam palmitat dan asam stearat. Lemak adalah komponen paling penting dari bagian komponen organik yang  dikenal sebagai lipida. Lipida tidak hanya mengandung lemak tetapi mengandung lilin dan beberapa bahan lain yang bermacam-macam. Lilin adalah lapisan pelindung alami yang merupakan ester dari asam lemak berantai panjang dan alkohol berantai panjang. Lilin adalah padatan mantap bertitik leleh rendah yang ditemui pada tumbuhan dan hewan (Sudarmadji, 1996).
Lemak yang berasal dari tumbuhan terdapat di dalam biji tanaman. Lemak digunakan untuk proses perkecambahan sebagai sumber energi sebelum fotosintesis berlangsung.  Fotosintesis tidak dapat berlangsung hingga tumbuhan dalam bentuk kecambah.  Sebelum itu,  pertumbuhan tanaman didukung oleh cadangan energi yang ada pada biji. Lemak merupakan bahan berbentuk padat pada suhu kamar hal ini disebabkan tingginya kandungan asam lemak jenuh yang secara struktur tidak mengandung ikatan rangkap sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi contoh asam lemak jenuh yang banyak terdapat di alam adalah asam palmitat dan asam stearat. Sedangkan minyak merupakan bahan cair pada suhu kamar, hal ini disebabkan rendahnya kandungan asam lemaktak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya, sehingga memiliki titik lebur yang rendah (Sudarmadji, 1996).


2.3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan di luar bahan (Ketaren, 1986).
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Ekstraksi bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa yang terdapat dalam jaringan tanaman ke dalam pelarut yang dipakai untuk proses ekstraksi tersebut. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut merupakan salah satu metode pemisahan yang baik dan populer karena dapat dilakukan untuk tingkat mikro maupun makro. Ekstraksi terdiri dari dua macam yaitu ekstraksi padat-cair dan cair-cair. Ekstraksi padat-cair dapat dikerjakan dengan alat soxhlet, di mana pada ekstraksi ini terjadi keseimbangan di antara fasa padat dan fasa cair (pelarut) (Ketaren, 1986).


2.4. Soxhlet
Soxhlet merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk mengekstrak suatu bahan dengan pelarutan yang berulang-ulang dengan pelarut yang sesuai. Sampel yang akan diekstraksi ditempatkan dalam suatu timbel yang permeabel terhadap pelarut dan diletakkan di atas tabung destilasi, dididihkan dan dikondensaasikan di atas sampel. Kondesat akan jatuh ke dalam timbel dan merendam sampel dan diakumulasi sekeliling timbel. Setelah sampai batas tertentu, pelarut akan kembali masuk ke dalam tabung destilasi secara otomastis. Proses ini berulang terus dengan sendirinya di dalam alat terutama dalam peralatan Soxhlet yang digunakan untuk ekstraksi lipida (Harper 1979).
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepat. Ekstraktor soxhlet adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk mengekstrak suatu senyawa (Harper 1979).

BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM


3.1. Tempat dan Waktu
            Praktikum Kimia Hasil Perikanan tentang Penentuan Kadar Lemak Pada Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Pada hari Kamis, 23 Februari 2017 pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai.

3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan untuk praktikum penentuan kadar lemak ini adalah seperangkat pisau, talenan, baskom, seperangkat alat soxhlet, hot plate, oven, furnace, neraca analitik, mantel penangas, desikator, kertas saring.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) segar dan pelarut yang digunakan untuk proses ekstraksi soxhlet adalah N-hexane.

3.3. Cara Kerja
Berikut cara kerja yang dilakukan pada praktikum Kimia Pangan tentang Analisa Kadar Lemak Pada Ikan (Pangasius hypopthalmus)  antara lain sebagai berikut:
3.3.1.      Analisis Kadar Lemak (AOAC, 2005)
1.        Sampel seberat 2 gram (W1) dimasukkan ke dalam kertas saring dan dimasukkan ke dalam selongsong lemak.
2.         Kemudian dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2) disambungkan dengan tabung soxhlet.
3.        Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak.
4.        Tabung ekstraksi dipasang pada alat destilasi soxhlet lalu dipanaskan pada suhu 40 ˚C dengan menggunakan pemanas listrik selama 16 jam.
5.        Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Pada saat destilasi pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak,
6.        selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ˚C, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan (W3).

Kadar lemak ditentukan dengan rumus sebagai beikut:
% Kadar Lemak = × 100%

 



Keterangan :    W1 = Berat sampel (gram)
W2 = Berat labu lemak tanpa lemak (gram)
W3 = Berat labu lemak dengan lemak (gram)




















BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berikut hasil dari praktikum Kimia Hasil Perikanan tentang Penentuan Kadar Lemak Pada Ikan Patin siam (Pangasius hypopthalmus), sebagai berikut:
Tabel 4.1.1. Uji Kadar Lemak Pada Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus):
Bagian
W1 (g)
W2 (g)
W3 (g)
% Kadar Lemak
Kepala
15
105,60
108,49
19,26 %
Badan
15
99,42
101,19
11,8 %
Ekor
15
91,02
92,75
11,53 %
Belly
15
90,14
95,11
33,13 %
Fillet
15
86,15
86,57
2,8 %

Keterangan:
W1 = Berat Sampel (g)
W2   = Berat Labu Lemak Kosong (g)
W3  = Berat labu lemak + Lemak (g)

4.2. Pembahasaan
            Berdasarkan praktikum Kimia Hasil Perikanan yang telah dilakukan, kami melakukan uji atau melakukan suatu penentuan analisa kadar lemak dimana bahan yang digunakan yakni ikan berlemak atau ikan yang mengandung lemak tinggi yakni ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) sampel ikan patin tersebut dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya yakni bagian kepala, bagian badan, bagian ekor, bagian belly, dan fillet. Kemudian sampel tersebut di dihaluskan dan dilakukan penimbangan sebanyak 15 gram dan kemudian dibungkusdalam kertas saring dengan diberi penghalang kapas agar sampel tidak keluar lalu dimasukkan atau ditempatkan dalam thimble (selongsong tempat sampel). Selongsong lemak dimasukkan kedalam ruang ekstraktor tabung soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak, pelarut yang digunakan adalah hexane atau heksana dengan titik didih 60-80°C. Hexana digunakan karena lemak larut dalam pelarut organik dengan istilah like dissolve like. Kemudian dilakukan pemanasan selama 16 jam pada suhu 40°C.
Pada praktikum ini dilakukan penetapan kadar lemak pada berbagai jenis sampel yang ada di pasaran dengan menggunakan metode soxhlet (metode ekstraksi kering). Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Soxhlet terdiri dari pengaduk atau granul anti bumping, still pot (wadah penyuling, bypass sidearm, thimble selulosa, extraction liquid, syphon arm inlet, syphon arm outlet, expansion adapter, condenser (pendingin), cooling water in, dan cooling water out. Kadar lemak merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukan banyaknya lemak yang terkandung di dalam bahan atau suatu sampel.
Pada percobaan penentuan kadar lemak dalam suatu bahan pangan ini, digunakan metode ekstraksi langsung dengan alat soxhlet (soxhletasi). Pelarut yang digunakan harus bebas dari air agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut tersebut menjadi berkurang. Lemak merupakan bahan padat dalam suhu kamar.  Lemak mengandung  asam lemak jenuh yang tinggi,  tidak memiliki ikatan rangkap sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi. Penentuan kadar lemak total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan kadar lemak yang  terkandung dari pada dalam tubuh ikan patin siam, dan juga sebagai penentu parameter nilai gizi dari ikan patin siam itu sendiri.
Dalam praktikum penggunaan pelarut n-heksana sudah tidak ada lagi didalam sampel  terlihat pada saat sampel tidak menimbulkan gelembung ketika ekstraksi pada soxhlet sedang berlangsung. Pada proses ekstraksi yang bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa yang terdapat dalam jaringan ikan ke dalam pelarut yang dipakai untuk proses ekstraksi tersebutdimana saat proses ekstraksi terjadi selama 6 jam hingga sampel tidak terlihat berwarna kuning lagi melainkan sudah berubah menjadi warna bening, hal tersebut menandakan proses ekstraksi telah selesai. Untuk hasil dari praktikum yang telah dilakukan di dapatkan persen kadar lemak tertinggi pada bagian belly atau bagian perut sebesar 33,13% dan juga kadar lemak terendah pada bagian tubuh ikan patin adalah pada sampel ikan patin siam yang di fillet yakni dengan kadar lemak sebesar 2,8%. Factor yang mempengaruhi mengenai ekstraksi tersebut antara lain persiapan pada sampel yang akan di uji kadar lemaknya, waktu berlangsungnya ekstraksi, kuantitas dari pelarut hexane, suhu maupun tipe dari pelarut tersebut.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang di peroleh dari praktikum Kimia Hasil Perikanan,  antara lain sebagai berikut:
1.      Untuk melakukan analisa kadar lemak dalam tubuh ikan menggunakan pelarut non polar contoh nya n-hexane.
2.      Kadar lemak pada ikan patin siam ataupun produk hasil perikanan lainya dapat diketahui menggunakan ekstraksi dengan metode soxhlet.
3.      Hasil dari kadar  lemak ikan patin siam pada kepala sebesar 19,26%, badan 11,8%, ekor 11,53%, belly 33,13%, dan fillet 2,8%.
4.      Hasil praktikum yang telah dilakukan di dapatkan persen kadar lemak tertinggi pada bagian belly atau bagian perut sebesar 33,13%.
5.      Hasil praktikum yang telah dilakukan di dapatkan persen kadar lemak terendah pada bagian tubuh ikan patin adalah pada sampel ikan patin siam yang di fillet yakni dengan kadar lemak sebesar 2,8%.


5.2. Saran
            Praktikum sudah berjalan dengan lancar, sejauh ini belum ada saran baik untuk asisten maupun praktikan yang bersangkutan.








DAFTAR PUSTAKA

Ahira, A. 2009. Minyak Lemak Miyak Ikan yang Kaya Manfaat. Erlangga. Jakarta
AOAC. 2005. Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical Chemist. AOAC Int. Meyland. USA.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2000. Standar Produksi Benih Ikan Patin Siam. Standar Nasional Indonesia. 01-6483.4-2000.
Darmasih. 1997. Prinsip Soxhlet.  UNDIP. Semarang.
Harper, V., W Rodwell, P., dan A Mayes. 1979. Biokimia. Penerbit EGC. Jakarta
Ketaren.1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press.

Makfoeld Djair. 2002. Kamus Istilah  Pangan dan Gizi. Yogyakarta (ID): Kaniskus
Sudarmadji S. 2003. Prosedur  Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta









                                                                                                          





PERHITUNGAN

% kadar lemak (kepala)           =
                                                =
                                                =
                                                = 0.19267  100%
                                                = 19,26 %

% kadar lemak (badan)           =
                                                =
                                                =
                                                = 0.118  100%
                                                = 11,8 %

% kadar lemak (ekor)              =
                                                =
                                                =
                                                = 0.115  100%
                                                = 11,53 %

% kadar lemak (belly)             =
                                                =
                                                =
                                                = 0.331  100%
                                                = 33,13 %
% kadar lemak (fillet)             =
                                                =
                                                =
                                                = 0.028  100%
                                                = 2,8 %

Keterangan :    W1 = Berat sampel (gram)
W2 = Berat labu lemak tanpa lemak (gram)
W3 = Berat labu lemak dengan lemak (gram)

1 komentar: