Sabtu, 08 April 2017

LAPORAN PRAKTIKUM NUGGET RUMPUT LAUT ~ PUPUT



LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM TEKNOLOGI INDUSTRI TUMBUHAN PERAIRAN

NUGGET RUMPUT LAUT




Saputriani
05061181520003








PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Rumput laut sebagai salah satu komoditas ekspor merupakan sumber devisa bagi negara dan budidayanya merupakan sumber pendapatan nelayan, dapat menyerap tenaga kerja, serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai dikepulauan Indonesia yang sangat potensial. Sebagai negara kepulauan, maka pengembangan rumput laut di Indonesia dapat dilakukan secara luas oleh para petani atau nelayan.Perairan Indonesia sebagai daerah tropis memiliki sumberdaya rumput laut yang cukup besar.Jenis yang banyak terdapat di perairan Indonesia adalah Gracilaria, Gelidium, Eucheuma, Hypnea,Sargasum dan Turbinaria.Dari beberapa jenis rumput laut telah mampu dikembangkan ratusan jenis produk yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang, antara lain pada industri pangan dan non pangan (Anggadireja, 2006).
Pangan kering adalah bahan makanan yang memiliki Aw sangat rendah yaitu sekitar 0,065 dimana pada Aw tersebut bakteri dan khamir sudah tidak dapat tumbuh kecuali beberapa jenis kapang yang pertumbuhannya hanya membutuhkan kadar air yang sangat rendah. Jenis bahan makanan kering diantaranya adalah tepung-tepungan, mie, beras, bumbu kering, aneka pasta dan beberapa penyedap rasa. Bahan makanan kering yang dipakai untuk produksi makanan adalah yang memiliki kriteria tertentu, seperti berkualitas baik dan segar, higienis dan bersih, harga dan timbangan yang jelas, cara penyimpanan yang tepat, jumlahnya dalam persediaan, selalu ada dan stok tidak pernah kosong dan mudah dibedakan dengan barang lain (Ketaren, 1986).
Potensi perikanan yang kaya akan serat salah satunya adalah rumput laut. Menurut Anggadireja (2006) rumput laut seaweeds jenis Eucheuma cottonii secara umum telah banyak dipergunakan dalam skala industri antara lain untuk bahan baku obat-obatan, bahan baku kosmetik, bahan baku makanan kesehatan, bahan baku produk makanan olahan.
Produk olahan hasil perikanan begitu marak di pasaran untuk memenuhi kebutuhan protein bagi masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kehidupan modern yang serba sibuk dan banyak menyita waktu. Contoh produk olahan hasil perikanan yang siap saji adalah otak-otak ikan, bakso ikan, fish nugget, fish finger,fish burger dan sebagainya. Produk olahan tersebut memiliki nilai gizi yang sangat dibutuhkan oleh konsumen (Elingsari, 1994). 
Nugget merupakan suatu bentuk produk olahan daging yang terbuat dari daging giling yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi. Potongan ini kemudian dilapisi tepung berbumbu battered dan breaded. Nugget dikonsumsi setelah proses penggorengan rendam deep frying (Elingsari, 1994). 
Sebagai sumber bahan pangan, tepung sagu dapat dikonsumsi secara langsung atau digunakan dalam industri pangan. Tepung sagu mempunyai komponen yang paling dominan seperti tepung tapioka yaitu kandungan karbohidratnya yang tinggi. Dalam pembuatan nugget tepung sagu dapat digunakan sebagai bahan pengikat. Dengan menambahkan tepung sagu dalam adonan nugget akan mengahsilkan nugget dengan tekstur lebih kenyal dan padat (Paul, 2008).


1.2. Tujuan
Berikut tujuan dari praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan tentang Nugget Rumput Laut antara lain, sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui proses pembuatan nugget rumput laut
2.        Untuk mengetahui fungsi dari bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan nugget rumput laut
3.        Untuk mengetahui karakteristik nugget rumput laut dan analisis sensori.
  









BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumput laut (Eucheuma cottoni)
Menurut Doty (1985), Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) dan juga ini nama nya berubah menjadi, atau nama menjadi Kappaphycus alvarezii karena karaginan yang dihasilkan termasuk fraksi kappa-karaginan. Klasifikasi Eucheuma cottonii adalah sebagai berikut :
kingdom           : Plantae
filum                 : Rhodophyta
kelas                 : Rhodophyceae
ordo                  : Gigartinales
famili                : Solieracea
genus                Eucheuma
species              Eucheuma cottoni
            Ciri fisik Eucheuma cottonii  adalah mempunyai thallus silindris, permukaan licin, cartilogeneus. Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi hanya karena faktor lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan. Duri-duri pada thallus runcing memanjang, agak jarang-jarang dan tidak bersusun melingkari thallus. Percabangan ke berbagai arah dengan batang-batang utama keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal). Tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh dengan membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari (Anggadireja, 2006).


2.2. Nugget Rumput Laut
Nugget merupakan salah satu produk olahan daging beku.Produk ini mempunyai daya simpan yang cukup lama, dengan penyimpanan dalam freezer bisa mencapai 2 minggu.Daging yang digunakan sebelumnya harus digiling, sehingga memudahkan untuk dibentuk pada tahapan berikutnya. Bahan utama yang digunakan adalah ikan, yang akan memberikan tekstur produk yang diinginkan, karena mempunyai kandungan protein myofibril. Nugget merupakan suatu bentuk produk olahan dari daging yang terbuat dari daging giling atau surimi (Bayuanda, 2007).
Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2002) pada SNI. 01-6638-2002 mendefinisikan nugget ayam sebagai produk olahan ayam yang dicetak, dimasak, dibuat dari campuran daging ayam giling yang diberi bahan pelapis dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan. Menurut persyaratan nugget ayam, kadar air maksimal 60%, kadar protein minimal 12%, kadar lemak maksimal 20%, kadar karbohidrat maksimal 25%, aroma normal, rasa normal, tekstur normal. Nugget dibuat dari daging (65%) dengan penambahan pati (10 %), bahan pengisi seperti roti tawar, susu (15%) dan bumbu-bumbu seperti garam, bawang bombay, bawang putih, merica (10%). Selain itu nugget bahan utama nugget rumput laut (Bayuanda, 2007).

2.3. Bahan tambahan
Bahan Tambahan Pangan atau BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau karakteristik pangan, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi. BTP dapat ditambahkan pada proses produksi, pengemasan, transportasi atau penyimpanan. Bahan tambahan sengaja ditambahkan dengan tujuan untuk meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa, aroma, mengendalikan keasaman dan kebasaan, serta untuk menetapkan bentuk dan rupa seperti gula dan garam. Bahan tambahan berupa garam dapur halus, sedangkan bumbu penyedap dibuat dari campuran bawang putih dan merica (Eskin, 1990).
2.3.1. Tepung tapioka
Tepung tapioka merupakan tepung yang dibuat dari ubi kayu mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri. Dibandingkan dengan tepung jagung, kentang, dan gandum atau terigu, komposisi zat gizi tepung tapioka cukup baik sehingga mengurangi kerusakan tenun, juga digunakan sebagai bahan bantu pewarna putih. Tepung tapioka yang disebut juga pati ubi kayu, yang merupakan granula dari karbohidrat, berwarna putih, tidak mempunyai rasa manis, dan tidak berbau (Nandia, 2004).
            Tepung tapioka memiliki kandungan pati yang lebih tinggi. Pati memegang peranan penting dalam menentukan tekstur makanan, dimana campuran granula pati dan air bila dipanaskan akan membentuk gel. Pati yang telah berubah menjadi gel bersifat irreversible, dimana molekul-molekul pati saling melekat membentuk suatu gumpalan sehingga viskositasnya semakin meningkat tepung tapioka diperoleh dari hasil ekstraksi umbi ketela pohon (Manihot utilissima) yang umumnya terdiri dari tahap pengupasan, pencucian, pemarutan, pemerasan, penyaringan, pengendapan, pengeringan, dan penggilingan (Suyanto,2000).
2.3.2. Tepung Terigu
Tepung terigu adalah salah satu bahan makanan yang dibuat dari biji gandum yang berbentuk serbuk atau butiran sangat halus berwarna putih. Tepung terigu ini merupakan salah satu jenis tepung yang sering digunakan manusia dalam membuat berbagai jenis makanan dan masakan. Tepung terigu adalah butiran halus yang terbuat dari gandum atau biji-bijian seperti jagung, oats, nasi dan rye (Paula Figoni 2008). Kata "terigu" sebenarnya diambil dari bahasa Portugis "trigo" yang memiliki arti "gandum". Namun, ada sedikit perbedaan antara gandum utuh dengan terigu. Jika gandum berwarna coklat dan cenderung lebih kasar, maka terigu berwarna putih dan lebih halus teksturnya. Ini disebabkan karena terigu mengalami beberapa tahap pengolahan. Karena itulah, terigu lebih banyak mengandung gluten dan punya kadar kekenyalan lebih tinggi ketimbang gandum utuh (Paula, 2008).
2.3.3. Tepung Roti
   Tepung panir atau tepung roti ini adalah sejenis tepung yang dibuat dari roti kering yang ditumbuk hingga halus. Tepung ini memiliki kegunaan atau gunanya untuk memberikan makanan memiliki lapisan luar yang renyah. Tepung roti biasa digunakan untuk membuat kroket dan sebagainya. Tepung ini gunanya untuk memberikan makanan memiliki lapisan luar yang renyah. Tepung roti biasa digunakan untuk membuat kroket dan sebagainya. Dalam masakan Jepang ada pula tepung sejenis yang diberi nama panko. Tepung roti/panir ada beberapa jenis yg berbeda tekstur dan warnanya sehingga beda pula kegunaanya Tepung panir seringkali menjadi cara yang bagus untuk menghabiskan roti tawar yang sudah kering dan meningkatkan tekstur makanan (Paula, 2008).
            Tepung panir mudah dibuat di rumah dan rasanya juga mungkin lebih lezat daripada tepung panir yang dijual di pasaran. Tepung roti disebut juga remah roti atau tepung panir yang sebagian besar penggunaannya untuk melapisi produk daging atau sejenisnya yang kemudian mengalami tahap pembekuan. Tepung roti atau tepung panir adalah sejenis tepung yang dibuat dari roti kering yang ditumbuk halus. Tepung ini gunanya untuk memberikan makanan memiliki lapisan luar yang renyah (Santa, 1992).
2.3.4. Telur
Telur merupakan salah satu bahan pangan yang paling lengkap gizinya. Selain itu, bahan pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Komposisinya terdiri dari 11% kulit telur, 58% putih telur, dan 31% kuning telur. Kandungan gizi terdiri dari protein 6,3 gram, karbohidrat 0,6 gram, lemak 5 gram, vitamin dan mineral di dalam 50 gram telur. Protein disusun dari asam-asam amino yang terikat satu dengan lainnya. Mutu protein ditentukan oleh asam-asam amino dan jumlah masing-masing asam amino. Protein telur merupakan protein yang bermutu tinggi dan mudah dicerna. Dalam telur, protein lebih banyak terdapat pada kuning telur, yaotu sebanyak 16,5%, sedangkan pada putih telur sebanyak 10,9%. Dari sebutir telur yang berbobot sekitar 50 gram, kandungan total proteinnya adalah sebanyak 6 gram (Iqbal, 2008).
Lemak Kandungan lemak pada telur sekitar 5 gram. Lemak pada telur terdapat pada kuning telur, sekitar 32%, sedangkan lemak yang lain terdapat pada putih telur . Zat gizi ini mudah dicerna oleh manusia. Lemak pada telur terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida dan kolesterol. Fungsi trigliserida dan fosfolipida umumnya menyediakan energi yang diperlukan untuk aktivitas sehari-hari. Vitamin dan Mineral Telur mengandung semua vitamin. Selain sebagai sumber vitamin, telur juga merupakan bahan pangan sumber mineral. Beberapa mineral yang terkandung dalam telur di antaranya besi, fosfor, kalsium, tembaga, yodium, magnesium, mangan, potasium, sodium, zink, klorida dan juga sulfur (Iqbal, 2008).
2.3.5. Bawang Merah
   Bawang merah merupakan salah satu dari sekian banyak jenis bawang yang ada didunia. Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan tanaman semusim yang membentuk rumpun dan tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-40 cm. Bawang merah merupakan komoditas sayuran yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomi tinggi. Bawang merah merupakan pelengkap bumbu yang tidak pernah ketinggalan dalam masakan, sebagai bahan baku misalnya untuk industri bawang goreng dan lain sebagainya. Bawang merah kini menjadi salah satu komoditas pokok di Indonesia. Bawang merah memiliki kandungan beberapa zat yang bermanfaat bagi kesehatan, dan khasiatnya sebagai zat anti kanker dan pengganti antibiotik, penurunan tekanan darah, kolestrol serta penurunan kadar gula darah. Menurut penelitian, bawang merah mengandung kalsium, fosfor, zat besi, karbohidrat, vitamin seperti A dan C (Rahayu, 1999).
Umbi dari tanaman bawang merah merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia. Bawang merah adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas (Rahayu, 1999).
2.3.6. Bawang Putih
   Bawang putih (Allium sativum L) adalah tanaman yang berbentuk rumput. Daunnya panjang berbentuk pipih (tidak berlubang). Helai daun seperti pita dan melipat ke arah panjang dengan membuat sudut pada permukaan bawahnya, kelopak daun kuat, tipis, dan membungkus kelopak daun yang lebih muda sehingga membentuk batang semu yang tersembul keluar. Bunganya hanya sebagian keluar atau sama sekali tidak keluar karena sudah gagal tumbuh pada waktu berupa tunas bunga (Adinda, 2007).
Tanaman bawang putih (Allium sativum) merupakan salah satu dari jenis tanaman sayuran umbi semusim yang tumbuh tegak sampai ketinggian 41-84 cm, tergantungdari varietasnya.Umbi bawang putih tersusun atas suing-siung yang tumbuh dan berkembang pada pangkal tanaman diatas batang pokok didalam tanah. Umbi bawang putih berwarna putih dengan ukuran dan susunan siung berbeda-beda menurut varietasnya. Ada satu jenis bawang putih yang memiliki struktur umbi yang utuh, yaitu umbi tidak tersusun atas suing-siung, tetapi hanya memiliki satu suing saja hingga membentuk satu umbi utuh tanpa siung-siung. Bawang semacam ini disebut bawang lanang.Terbentuknya struktur umbi yang berbeda ini sebenarnya disebabkan karena faktor lingkungan yang tidak sesuai sehingga tanaman hanya membentuk tunas utama. Kemudian tunas ini tumbuh dominan hingga menekan karena tunas-tunas bakal siungsehingga terbentuknya umbi bawang yang utuh (Adinda, 2007).













BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM


3.1. Tempat dan Waktu
            Praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan (TITP) tentang Nugget Ruput Laut ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Pada hari Senin, 20 Februari 2017 pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai.

3.2. Alat dan Bahan
          Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sendok, Loyang, baskom, kuali, kompor, sutil sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah rumput laut, tepung tapioka, tepung terigu, tepung panir, garam, lada, telur, mentega, bawang merah, dan bawang putih.

3.3. Cara Kerja
Berikut cara kerja yang dilakukan pada praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan tentang Nugget Rumput Laut, antara lain sebagai berikut:
1.      Bersihkan Rumput laut, timbang, dan blander.
2.      Campurkan semua bumbu.
3.      Masukkan bumbu kedalam rumput laut dengan ditambahkan mentega.
4.      Aduk hingga rata dan membentuk adonan.
5.      Kukus adonan selama 1,5 jam.
6.      Dinginkan adonan sebentar.
7.      Bentuk adonan sesuai keinginan, kemudian celupkan kedalam telur dan balur dengan tepung panir.
8.      Bekukan selama 1hari kedalam lemari pendingin.
9.      Sebelum penggorengan braded lagi dengan telur dan tepung panir
10.  Goreng hingga nugget matang
11.  Lakukan analisa sensori.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berikut hasil dari praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan tentang Nugget Rumput Laut, antara lain sebagai berikut:
Tabel 4.1.1. Uji sensori nugget rumput laut
Parameter
Kode
090
190
663
039
123
785
689
Penampakan
2
2
2
1
2
2
2
Warna
2
2
2
1
3
3
2
Tekstur
2
2
1
3
2
3
3
Rasa
3
2
1
2
2
3
3
Aroma
2
3
1
2
2
2
2

Keterangan:
1 = Sangat suka
2 = Suka
3 = Agak suka
4 = Tidak suka
5 = Sangat tidak suka

4.2. Pembahasaan
            Berdasarkan praktikum Teknologi Industri Tumbuhan perairan yang telah dilakukan, kami memuat produk olahan tradisional yakni Nugget Rumput Laut yang berbahan dasar yakni rumput Laut dan di tambah dengan bahan pendukung atau bahan tambahan lainya antara lain seperti tepung tapioka, tepung terigu, tepug panir, lada, garam, telur, bawang merah, bawang putih, dan mentega, yang dimana seluruh bahan untuk membuat nugget rumput laut tersebut memiliki peranan masing-masing untuk mendukung hasil dari olahan nugget diantaranya, cita rasa, warna, aroma pada nugget  rumput laut tersebut. Penggunaan rumput laut untuk menjadi bahan dasar dari nugget tersebut dikarenakan rumput laut memiliki manfaat secara fungsional yang banyak, dan sangat baik atau bermanfaat bagi kesehatan orang yang mengkonsumsinya. Dari hasil uji sensori yang telah dilakukan donat rumput laut yang paling baik dengan kode 663, yang dimana penampakan, aroma, tekstur, keempukan dan rasa nugget tersebut itu semuanya dengan keterangan suka bahkan sangat suka.
            Penggunaan kapur sirih dalam praktikum tersebut tak lain digunakan dalam perendaman rumput laut agar rumput laut tersebut bertekstur lembut dan tidak keras atau susah saat akan di blander untuk membuat teksturnya nampak seperti bubur rumput laut. Dalam pembuatan nugget rumput laut ini hal yang harus dipehatikan hanyalah saat mengaduk seluruh bahan hingga homogen atau tercampur rata. Dimana saat pertama memasukkan bahan haruslah diaduk dengan rata agar mentega yang ditambahkan larut dan homogen. Penambahan bahan lain seperti tepung yakni untuk membuat adonan tersebut nampak padat dan kompak, asalkan mengaduk bahan tersebut dengan homogen, jika tidak maka adonan yang dimasak tersebut akan menggumpal tidak merata dan semua bahan tidak akan matang menyeluruh setelah jadi kelak. Untuk penambahan atau pembaluran telur pada kukusan nugget yang telah jadi tak lain agar saat penambahan tepung panir dapat lengket dengan sempurna pada nugget tersebut.
Nugget yang berbahan dasar rumput laut ini sangatlah baik untuk dikonsumsi karena memiliki kandungan vitamin-vitamin, seperti vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D, E, dan K ; betakaroten; serta mineral, seperti kalium, kalsium, fosfor. Selain itu, rumput laut juga mengandung fucoidan, alginates, dan polifenol yang dimana manfaatnya mampu memproduksi sel-sel imun, membantu melawan virus, bakteri maupun alergi, serta menghambat penggumpalan darah sehingga memperkecil resiko stroke. Manfaat lainya yakni menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan kadar kolesterol, menstabikan gula darah, serta mengingat bahwa rumput laut merupakan salah satu makanan yang mengandung serat sehingga dapat juga meredakan gangguan dari saluran pencernaan.
Begitupun pembuatan nugget rumput laut ini dilakukan selain untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara membuat makanan pangan olahan semi kering dengan cara masih tradisional yang berbahan dasar tumbuhan perairan ini, juga agar mahasiswa atau konsumen yang kurang suka rumput laut dapat makan nugget yang bahan dasarnya tak lain adalah rumput laut, sehingga yang sebelumnya seseorang yang mungkin kurang suka dengan rumput laut menjadi suka karena telah dibuat olahan makanan dengan cita rasa yang enak. 
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang di peroleh dari praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan tentang Nugget Rumput Laut,  antara lain sebagai berikut:
1.      Nugget rumput laut merupakan produk olahan yang memiliki cita rasa yang enak, legit dan memiliki aroma yang khas.
2.      Nugget yang berbahan dasar rumput laut selain rasa yang enak juga memiliki kandungan vitamin-vitamin, seperti vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D, E, dan K ; betakaroten; serta mineral pada rumput laut.
3.      Tepung  panir pada pembuatan nugget berfungsi untuk memberikan warna dan tekstur yang lebih menarik pada nugget.
4.      Tekstur  kepadatan pada nugget rumput laut dipengaruhi oleh banyaknya pemberian tepung tapioka.
5.      Pembalutan telur pada nugget berfungssi agar tepung panir lengket pada nugget tersebut
6.      Lada dalam pembuatan nugget  ikan berfungsi sebagai pemberi rasa pedas. lada    mengandung filandren yang menghasilkan aroma yang sedikit menyengat.
7.      Nugget rumput laut yang paling baik ialah donat dengan kode 663 berdasarkan uji sensori yang telah dilakukan.


5.2. Saran
            Sebaiknya dalam menghaluskan rumput laut harus di blander dengan halus hingga seperti bubur, agar saat adonan nugget telah jadi tidak terasa tekstur rumput laut yang terasa belum halus.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar