Sabtu, 08 April 2017

LAPORAN PRAKTIKUM UJI TOKSISITAS DETERJEN TERHADAP TUMBUHA AIR ~Puput


LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI HASIL PERIKANAN

 UJI TOKSISITAS DETERJEN TERHADAP TUMBUHA AIR




Saputriani
05061181520003








PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
            Toksisitas adalah sifat relatif toksikan berkaitan dengan potensinya mengakibatkan efek negatif bagi makhluk hidup. Toksisitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain komposisi dan jenis toksikan, konsentrasi toksikan, durasi dan frekuensi pemaparan, sifat lingkungan, dan spesies biota penerima. Toksikan merupakan zat (berdiri sendiri atau dalam campuran zat, limbah, dan sebagainya) yang dapat menghasilkan efek negatif bagi semua atau sebagian. Dari tingkat organisasi biologis (populasi, individu, organ, jaringan, sel, biomolekul) dalam bentuk merusak struktur maupun fungsi biologis. Toksikan dapat menimbulkan efek negatif bagi biota dalam bentuk perubahan struktur maupun fungsional, baik secara akut maupun kronis/sub kronis. Efek tersebut dapat bersifat reversibel sehingga dapat pulih kembali dan dapat pula bersifat irreversibel yang tidak mungkin untuk pulih kembali. (Halang, 2004).
            Suatu perairan merupakan suatu ekosistem yang kompleks dan merupakan habitat dari berbagi jenis makhluk hidup, baik yang berukuran besar seperti ikan dan berbagai jenis makhluk hidup yang berukuran kecil (Nugroho, 2006). Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan organisme hidup lainnya. Dengan peranannya yang sangat penting. Air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi atau komponen lainnya. Menurut Hendrawan (2005), pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan organisme jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Rusaknya sumber daya air ini dapat disebabkan oleh adanya pencemaran, baik itu substansi yang bersifat toksik maupun non-toksik.
            Perairan yang tercemar dapat mengakibatkan penurunan kualitas air yang berdampak pada kehidupan organisme yang ada disekitarnya. Pencemaran air pada umumnya diakibatkan oleh aktivitas manusia. Besar kecilnya pencemaran tergantung dari jumlah dan kualitas limbah yang dibuang ke sungai, baik limbah padat maupun cair. Salah satu penyebab pencemaran air adalah limbah rumah tangga yaitu berupa sisa deterjen dan pemutih pakaian. Pada bahan tersebut mengandung bahan kimia yang lebih tahan dan tidak berubah dalam berbagai media, bahan kimia organik seperti minyak, plastik, pestisida, larutan pembersih, deterjen dan masih banyak lagi bahan organik ditemukan dalam jumlah relatif sedikit pada permukaan air tanah (Darmono 2001),
            Deterjen adalah suatu bahan kimia organik sintetis yang dapat bereaksi dengan air dan menyebabkan pembentukan busa serta pengaruh lainnya yang memungkinkan untuk membersihkan atau mencuci, baik dalam industri ataupun untuk tujuan rumah tangga. Deterjen menimbulkan buih-buih pada permukaan air buih-buih tersebut, baik dari jenis Linear Alkyl Sulfonate (LAS) yang biodegradable maupun jenis Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) yang non-biodegradable tersebut dipastikan dapat menggangu kehidupan organisme yang ada di bawahnya (Lehninger, 1990). 

1.2.  Tujuan
            Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan tumbuhan air sebagai hiperakumulator dari limbah deterjen. 














BAB 2
 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Klasifikasi Kiambang (Salvinia molesta)
Menurut Soerjani dan Pancho (1987), Klasifikasi kiambang(Salvinia molesta) sebagai berikut:
kingdom          : Plantae
kelas                : Pterophyta
ordo                 : Salviniales
famili               : Salviniaceae
genus               : Salvinia
spesies             : Salvinia molesta
Gambar Kiambang (Salvinia molesta)
Salvinia molesta hidup pada genangan air atau air dangkal dengan aliran lambat, seperti kolam, danau payau, saluran irigasi dan sawah, kadang-kadang sangat 8 banyak dan menutupi permukaan air yang diam atau aliran yang lambat (Soerjani et al., 1987).
Salvinia berkembang melalaui pembelahan dan mempunyai kemampuan memperbanyak diri di area yang luas dalam waktu yang singkat, dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh kepadatan populasinya, makin padat populasinya makin lambat pertumbuhannya (Bangun, 1982).
Jika kondisi ideal Salvinia dapat tumbuh dua kali lipat dalam dua waktu dua hari (Doeleman, 1989). Selain itu pertumbuhan Salvinia dipengaruhi oleh kedalaman air, pada kedalaman 15 cm memberikan pertumbuhan lebih baik dibandingkan kedalaman 2 cm, hal ini menunjukkan bahwa kondisi air yang normal akan mepercepat pertumbuhan Salvinia (Pangabean, et al., 1971).
2.2.Deterjen
Deterjen adalah suatu bahan kimia organik sintetis yang dapat bereaksi dengan air dan menyebabkan pembentukan busa serta pengaruh lainnya yang memungkinkan untuk membersihkan atau mencuci, baik dalam industri ataupun untuk tujuan rumah tangga. Deterjen menimbulkan buih-buih pada permukaan air buih-buih tersebut, baik dari jenis Linear Alkyl Sulfonate (LAS) yang biodegradable maupun jenis Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) yang non-biodegradable tersebut dipastikan dapat menggangu kehidupan organisme yang ada di bawahnya (Lehninger, 1990). 

2.3. pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional +) yang terlarut (Sururi, 1998).
Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda gelas (membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hidrogen atau diistilahkan dengan potential of hidrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan suatu elektroda pembanding. Sebagai catatan, alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur tegangan (Purba, 1995).

2.4. DO
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping paramter lain yang sering digunakan seperti BOD dan COD dalam suatu perairan (Hutabarat dan Evans, 2006).
Oksigen terlarut dalam air merupakan parameter kualitas air yang paling kritis pada budidaya ikan. Konsentrasi oksigen terlarut dalam kolam selalu mengalami perubahan dalam sehari semalam oleh karena itu, pengelola kolam ikan harus selalu mengetahui atau memantau perubahan konsentrasi oksigen terlarut di dalam kolamnya. Sumber utama oksigen, terlarut dalam air adalah difusi dari udara dan hasil fotosintesis biota yang berklorofil yang hidup di dalam perairan, Kecepatan difusi oksigen ke dalam air sangat lambat Oleh karena itu, Fitoplankton merupakan sumber utama dalam penyediaan oksigen terlarut dalam perairan (Supangat, 2007).

2.5. Limbah perairan
        Menurut Effendi (2003), mengelompokkan bahan pencemar di perairan menjadi beberapa kelompok yaitu, (1) limbah yang mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut (2) limbah yang mengakibatkan munculnya penyakit (disease causing agents), Universitas Sumatera Utara (3) senyawa organik sintetis, (4) nutrien tumbuhan, (5) senyawa anorganik dan mineral, (6) sedimen, (7) radioaktif, (8) panas dan (9) minyak.
   Bila ditinjau secara kimiawi, limbah terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya (Agusnar, 2008).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1.   Tempat dan Waktu
            Praktikum Toksikologi Hasil Perikanan mengenai uji toksisitas detergen terhadap tumbuhan air dilaksanakan di Laboratrium Pengolahan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 27 Februari 2017 pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai.

3.2.   Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum mengenai uji toksisitas detergen terhadap tumbuhan air adalah baskom, timbangan, pH meter, termometer, DO meter, pisau,  dangelas ukur. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah enceng gondok, kiambang, detergen, dan air tawar.

3.3.  Cara Kerja
Cara kerja yang digunakan pada praktikum mengenai uji toksisitas detergen terhadap tumbuhan air adalah sebagai berikut:
1.        Larutan detergen dari dua jenis merk komersil dibuat masing-masing konsentrasi 10%, 25%, 35%, dan 50%
2.        Air tawar sebanyak 5 liter ditambahkan ke dalam baskom untuk masing-masing jenis tumbuhan air
3.        Larutan detergen ditambahkan kedalam baskom yang telah berisi tumbuhan air
4.        Tahap kedua berupa pengamatan yang dimulai dari mengukur pH, suhu, oksigen terlarut, serta kondisi tumbuhan air mulai dari akar, batang pembuluh, dan daun.
5.        Tahap ketiga berupa pengamatan selama seminggu dilakukan terhadap tumbuhan air, berupa pH, suhu, oksigen terlarut, serta kondisi tumbuhan mulai dari akar, batang pembuluh, dan daun.


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.  Hasil
Hasil dari praktikum mengenai uji detergen terhadap tumbuhan air adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1.5. Hasil Pengamatan Hari Pertama Kiambang dan Eceng Gondok
Jenis Tumbuhan
Konsentrasi Detergen
Pengamatan

Ket
pH
Suhu
Oksigen Terlarut
Kondisi Tumbuhan

Kiambang
10%
9,3
27˚C
0,1
Baik
-
25%
9,3
27˚C
0,1
Baik
-
35%
9,0
27˚C
0,1
Baik
-
50%
9,6
28˚C
0,2
Baik
-

Enceng Gondok
10%
9,6
27˚C
0,1
Baik
-
25%
9,4
27˚C
0,1
Baik
-
35%
8,9
27˚C
0,1
Baik
-
50%
9,6
30˚C
0,2
Baik
-

Tabel 4.1.6. Hasil Pengamatan Hari Ketujuh Kiambang dan Eceng Gondok
Jenis Tumbuhan
Konsentrasi Detergen
Pengamatan

Ket
pH
Suhu
Oksigen Terlarut
Kondisi Tumbuhan

Kiambang
10%
-
-
-
-
-
25%
-
-
-
-
-
35%
-
-
-
-
-
50%
-
-
-
-
-

Enceng Gondok
10%
-
-
-
-
-
25%
-
-
-
-
-
35%
-
-
-
-
-
50%
8,6
-
4.5
Kering
-


4.2. Pembahasan
            Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikumtoksikologi hasil perikanan kami  membahas tentang uji  toksisitas deterjen terhadap tumbuhan air yaitu enceng gondok (Eichhoornia crassipe) dan kiambang (Salvinia molesta).Uji toksisitas deterjen terhadap tumbuhan air bertujuanuntuk mengetahui kemampuan tumbuhan air sebagai hiperakumulator dari limbah deterjen. Sampel diberi perlakuan dengan pemberian deterjen sebanyak 10 %, 25 %, 35 %, dan 50% dengan air tawar sebanyak 5 liter. Sampel yang digunakan kelompok kami yaitu tumbuhan kiambang (Salvinia molesta) dengan diberi perlakuan dengan pemberian 25 % deterjen dan sebanyak 5 liter air.  Pengamatan dilakukan 2 kali yaitu hari pertama dan hari ke tujuh. Pada hari pertama pengamatan didapatkan hasilpH 9,3, dengan suhu 27 oC dan oksigen terlarut (DO) 0,1. Pada pengamatan hari ketujuh Ph turun  dan oksigen terlarut (DO) naik. Enceng gondok dan kiambang lebih cocok terhadap pH 7,0-7,5. Jika pH nya lebih atau kurang maka pertumbuhannya terhambat, bahkan mati bila kondisi pH terlalu ekstrem (Hardiyanti dan Suparni, 2007). Penurunan pH disebabkan karena logam chromium telah diserap atau diikat oleh akar tanaman eceng gondok  sehinggga memudahkan mikroba perombak dalam proses pendegradasian. mikroorganisme mampu mendegradasi bahan kimia berbahaya dalam lingkungan menjadi air dan gas yang tidak berbahaya (CO2) (Vidali 2001).
            Oksigen (DO) naik dikarenakan bahan organik yaang tersisa dalam air limbah tinggal sedikit sehingga oksigen yang diperlukan untuk proses dekomposisi juga sedikit dan oksigen pun tersuplai. Menurut Brix dan Schierup (1987) dalam Khiatuddin (2003), akar tumbuhan akuatik dapat mengeluarkan oksigen yang berasal dari bagian batang setelah berdifusi dari atmosfer melalui pori-pori daun. Pelepasan oksigen oleh akar tumbuhan airmenyebabkan air disekitar rambut akar memiliki kadar oksigen tinggi dibandingkan air yang tidak terdapat tumbuhan air 
             Enceng gondok mengalami perbedaan kondisi eceng gondok sebelum kontak dengan air deterjen dan setelah kontak dengan air deterjen. Pada hari pertama sampel daun enceng gondok mulai layu ketika direndam dalam air deterjen setelah beberapa menit. Pada hari ketujuh enceng gondok mengalami perbedaan dari hari pertama yaitu daun dan batang yang mulai mengering atau mati hal ini dikarenakan pH dari air deterjen yang tinggi.
            Menurut Nurhayati (1989), Tanaman air enceng gondok dan kiambang sebagai biofilter penyerapan berbagai zat berbahaya bagi lingkungan merupakan salah satu penanganan limbah cair yang ramah lingkungan. Tumbuhan enceng gondok dan kiambang adalah gulma air yang mempunyai daya regenerasi yang cepat karena potongan-potongan vegetatifnya yang terbawa arus air akan terus berkembang dan sangat peka terhadap keadaan unsur hara yang kurang mencukupi tetapi mempunyai respon terhadap konsentrasi unsur hara yang tinggi. Bulu-bulu akar yang berfungsi sebagai pegangan atau jangkar dan sebagian besar berguna untuk mengabsorbsi zat-zat makanan dalam air.

























BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari pratikum penggaraman dan pengeringan uji toksisitas deterjen terhadap tumbuha air ini adalah sebagai berikut :
1.        Pengamatan hari pertama didapatkan hasilpH 9,3, dengan suhu 27 oC dan oksigen terlarut (DO) 0,1.
2.        Pengamatan hari ketujuh pH turun  dan oksigen terlarut (DO) naik.
3.        Oksigen (DO) naik dikarenakan bahan organik yaang tersisa dalam air limbah tinggal sedikit .
4.        Enceng gondok dan kiambang lebih cocok terhadap pH 7,0-7,5.
5.        Penurunan pH disebabkan karena logam chromium telah diserap atau diikat oleh akar tanaman eceng gondok 

5.2.  Saran
Saran untuk praktikum ini praktikan pada saat mengukur pH, DO, dan Suhu alat yang digunakan harus di kalibrasi terlebih dahulu dari pengukuran dari kelompok satu dengan yang lain agar pengukuran lebih akurat.