Jumat, 24 Februari 2017

LAPORAN PRAKTIKUM PILUS RUMPUT LAUT ~ Puput


LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM TEKNOLOGI INDUSTRI TUMBUHAN PERAIRAN

PILUS RUMPUT LAUT





Saputriani
05061181520003








PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Pangan kering adalah bahan makanan yang memiliki Aw sangat rendah yaitu sekitar 0,065 dimana pada Aw tersebut bakteri dan khamir sudah tidak dapat tumbuh kecuali beberapa jenis kapang yang pertumbuhannya hanya membutuhkan kadar air yang sangat rendah. Jenis bahan makanan kering diantaranya adalah tepung-tepungan, mie, beras, bumbu kering, aneka pasta dan beberapa penyedap rasa. Bahan makanan kering yang dipakai untuk produksi makanan adalah yang memiliki kriteria tertentu, seperti berkualitas baik dan segar, higienis dan bersih, harga dan timbangan yang jelas, cara penyimpanan yang tepat, jumlahnya dalam persediaan, selalu ada dan stok tidak pernah kosong dan mudah dibedakan dengan barang lain (Haliza, 1992).
Potensi perikanan yang kaya akan serat salah satunya adalah rumput laut. Menurut Anggadireja (2006) rumput laut seaweeds jenis Eucheuma cottonii secara umum telah banyak dipergunakan dalam skala industri antara lain untuk bahan baku obat-obatan, bahan baku kosmetik, bahan baku makanan kesehatan, bahan baku produk makanan olahan.
Diversifikasi olahan rumput laut telah dilakukan untuk mengantisipasi penggunaan bahan tambahan serta mengupayakan pemanfaatan rumput laut sebagai salah satu sumber pangan kaya gizi. Rumput laut merupakan salah satu hasil perikanan laut yang dapat menghasilkan devisa negara dan merupakan sumber pendapatan masyarakat pesisir. Potensi rumput laut di Indonesia mempunyai prospek yang cukup cerah, karena diperkirakan terdapat 555 spesies rumput laut yang tersebar di perairan Indonesia dengan total luas lahan perairan yang dapat dimanfaatkan sebesar 1,2 juta hektar.Sampai saat ini sebagian besar rumput laut diekspor dalam keadaan kering dan baru sebagian diolah menjadi agar-agar di samping dimakan sebagai sayuran (Anggadireja, 2006).
Sifat fisik pangan memegang peranan sangat penting dalam pengawasan dan standarisasi mutu produk, karena sifat fisik lebih mudah dan lebih cepat dikenali atau diukur dibandingkan dengan sifat kimia, mikrobiologi dan fisiologi. Beberapa sifat fisik untuk pengawasan mutu diukur secara obyektif dengan alat-alat sederhana, dapat pula diamati secara organoleptik sehingga lebih cepat dan langsung. Beberapa sifat fisik komoditas mempunyai korelasi langsung maupun tidak langsung dengan sifat-sifat lain, seperti sifat kimiawi, mikrobiologi, organoleptik dan fisiologi (Soekarto, 1990).
Sifat fisik produk pangan berkaitan dengan deformasi bentuk akibat terkena gaya mekanis disebut reologi. Termasuk sifat-sifat reologi ialah kekentalan, kelengketan, elastisitas, plastis, tekstur, kenyal dan sejenisnya. Sifat-sifat ini sangat penting kaitannya dengan mutu produk pangan bentuk cair, bentuk kental, bentuk gel, dan bentuk plastis. Bentuk pangan demikian cukup luas jenisnya meliputi dodol, jam, jelly, jellatin, madu, sirup, susu kental manis, margarin, mentega, krim, pudding, bubur, minyak goreng, sari buah dan berbagai makanan. Sifat-sifat reologi ini pada umumnya dapat diukur baik secara fisik maupun secara organoleptik, kedua cara pengukuran tersebut prinsip dasarnya berbesa karenanya meskipun untuk sifat reologi yang sama kedua cara pengukuran itu tidak selamanya saling menggantikan (Soekarto, 1990).


1.2. Tujuan
Berikut tujuan dari praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan tentang Pilus Rumput Laut antara lain, sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui proses pembuatan pilus rumput laut
2.        Untuk mengetahui fungsi dari bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan pilus rumput laut
3.        Untuk mengetahui karakteristik pilusrumput laut dan analisis sensori.
  








 
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumput laut (Eucheuma cottoni)
Menurut Doty (1985), Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) dan juga ini nama nya berubah menjadi, atau nama menjadi Kappaphycus alvarezii karena karaginan yang dihasilkan termasuk fraksi kappa-karaginan. Klasifikasi Eucheuma cottonii adalah sebagai berikut :
kingdom           : Plantae
filum                 : Rhodophyta
kelas                 : Rhodophyceae
ordo                  : Gigartinales
famili                : Solieracea
genus                Eucheuma
species              Eucheuma cottoni
            Ciri fisik Eucheuma cottonii  adalah mempunyai thallus silindris, permukaan licin, cartilogeneus. Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi hanya karena faktor lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan. Duri-duri pada thallus runcing memanjang, agak jarang-jarang dan tidak bersusun melingkari thallus. Percabangan ke berbagai arah dengan batang-batang utama keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal). Tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh dengan membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari (Anggadireja, 2006).


2.2. Pilus
Pilus rumput laut merupakan salah satu jenis produk olahan bertekstur kering atau snack dengan bahan rumput laut yang berserat tinggi. Produk olahan ini memiliki cita rasa yang gurih dan tekstur yang renyah. Sangat disukai oleh semua kalangan usia, dari nak-anak, remaja hingga orang-orang dewasa (Abdullah, 2011)
Kue Kering Pilus Keju merupakan Kue kering yang sangat  cocok sebagai  akanan ringan atau camilan. Pilus merupakan kue kering pasar yang termasuk dalam golongan makanan ringan. Kue ini biasa dijual dalam kiloan dan memiliki harga yang cukup terjangkau. Kue ini dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan dalam membuat kue. Kue kering ini sering disajikan ketika mengadakan suatu acara . Selain rasanya yang enak, proses dan cara membuatnya juga sangat mudah dan sederhana. Kue kering memang memiliki berbagai jenis dan bentuk. Kue ini biasanya berbentuk panjang-panjang dan setiap ujungnya lancip meskipun ada juga yang berbentuk bulat (Idrus, 1994)

2.3. Bahan tambahan
Bahan Tambahan Pangan atau BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau karakteristik pangan, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi. BTP dapat ditambahkan pada proses produksi, pengemasan, transportasi atau penyimpanan. Bahan tambahan sengaja ditambahkan dengan tujuan untuk meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa, aroma, mengendalikan keasaman dan kebasaan, serta untuk menetapkan bentuk dan rupa seperti gula dan garam. Bahan tambahan berupa garam dapur halus, sedangkan bumbu penyedap dibuat dari campuran bawang putih dan merica (Eskin, 1990).

2.3.1. Tepung Kanji
            Tepung tapioka atau yang sering disebut dengan Tepung Kanji ini merupakan tepung yang dibuat dari ubi kayu mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri. Dibandingkan dengan tepung jagung, kentang, dan gandum atau terigu, komposisi zat gizi tepung tapioka cukup baik sehingga mengurangi kerusakan tenun, juga digunakan sebagai bahan bantu pewarna putih. Tepung tapioka yang disebut juga pati ubi kayu, yang merupakan granula dari karbohidrat, berwarna putih, tidak mempunyai rasa manis, dan tidak berbau (Nandia, 2004).
            Tepung tapioka memiliki kandungan pati yang lebih tinggi. Pati memegang peranan penting dalam menentukan tekstur makanan, dimana campuran granula pati dan air bila dipanaskan akan membentuk gel. Pati yang telah berubah menjadi gel bersifat irreversible, dimana molekul-molekul pati saling melekat membentuk suatu gumpalan sehingga viskositasnya semakin meningkat tepung tapioka diperoleh dari hasil ekstraksi umbi ketela pohon (Manihot utilissima) yang umumnya terdiri dari tahap pengupasan, pencucian, pemarutan, pemerasan, penyaringan, pengendapan, pengeringan, dan penggilingan (Suyanto,2000).

2.3.2. Keju
Keju merupakan salah satu produk olahan susu dengan nilai gizi yang lengkap serta memiliki cita rasa yang khas, sehingga digemari oleh masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan keju yang semakin meningkat perlu dipikirkan alternatif rennet yang diproduksi dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk rennet impor yang memiliki harga relatif mahal dan belum terjamin kehalalannya oleh konsumen Indonesia yang mayoritas muslim (Hutagalung, 2008).
            Keju merupakan nama umum untuk kelompok produk makanan berbasis susu yang difermentasi dan diproduksi di seluruh dunia dengan beragam rasa, tekstur dan bentuk. Keju adalah salah satu produk olahan susu yang diperoleh karena terbentuknya koagulasi susu oleh rennet (enzim pencernaan dalam lambung hewan penghasil susu). Bagian dari susu cair yang mengalami proses koagulasi akan membentuk substansi padat seperti gel yang disebut curd dan sejumlah besar air serta beberapa zat terlarut akan terpisah dari curd yang disebut whey. Bahan baku keju yang diproduksi di dunia berasal dari susu sapi, namun susu dari hewan lainnya juga banyak digunakan (Hutagalung, 2008).


2.3.3. Minyak Goreng
Minyak adalah zat atau bahan yang tidak larut dalam air yang berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun hewan dan merupakan campuran dari gliserida-gliserida dengan susunan asam-asam lemak yang tidak sama. Komponen-komponen lain yang mungkin terdapat pada minyak meliputi fosfolipid, sterol, vitamin dan zat warna, yang larut dalam lemak seperti klorofil dan karatenoid. Minyak adalah suatu kelompok dari lipida sederhana terbesar yang merupakan ester dari tiga molekul asam lemak dengan satu molekul gliserol dan membentuk satu molekul trigliserida yang dalam kondisi ruang (>27oC) akan berbentuk cair (Genisa, 2013).
Minyak goreng adalah lemak yang digunakan untuk medium penggoreng. Secara umum, di pasaran ditawarkan dua macam minyak goreng: minyak goreng nabati yang berasal dari tanaman dan hewani berasal dari hewan. Saat ini yang paling umum digunakan di Indonesia, adalah minyak yang berasal dari nabati (Harisk­­al, 2009)

2.3.4. Telur
Telur merupakan salah satu bahan pangan yang paling lengkap gizinya. Selain itu, bahan pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Komposisinya terdiri dari 11% kulit telur, 58% putih telur, dan 31% kuning telur. Kandungan gizi terdiri dari protein 6,3 gram, karbohidrat 0,6 gram, lemak 5 gram, vitamin dan mineral di dalam 50 gram telur. Protein disusun dari asam-asam amino yang terikat satu dengan lainnya. Mutu protein ditentukan oleh asam-asam amino dan jumlah masing-masing asam amino. Protein telur merupakan protein yang bermutu tinggi dan mudah dicerna. Dalam telur, protein lebih banyak terdapat pada kuning telur, yaotu sebanyak 16,5%, sedangkan pada putih telur sebanyak 10,9%. Dari sebutir telur yang berbobot sekitar 50 gram, kandungan total proteinnya adalah sebanyak 6 gram (Iqbal, 2008).
Lemak Kandungan lemak pada telur sekitar 5 gram. Lemak pada telur terdapat pada kuning telur, sekitar 32%, sedangkan lemak yang lain terdapat pada putih telur . Zat gizi ini mudah dicerna oleh manusia. Lemak pada telur terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida dan kolesterol. Fungsi trigliserida dan fosfolipida umumnya menyediakan energi yang diperlukan untuk aktivitas sehari-hari. Vitamin dan Mineral Telur mengandung semua vitamin. Selain sebagai sumber vitamin, telur juga merupakan bahan pangan sumber mineral. Beberapa mineral yang terkandung dalam telur di antaranya besi, fosfor, kalsium, tembaga, yodium, magnesium, mangan, potasium, sodium, zink, klorida dan juga sulfur (Iqbal, 2008).





















 
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM



3.1. Tempat dan Waktu
         Praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan (TITP) tentang Pilus Rumput Laut ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Pada hari Senin, 6 Januari 2017 pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai.

3.2. Alat dan Bahan
        Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sendok, kuali, kompor, sutil, sarung tangan sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah rumput laut, kapur sirih, tepung kanji/ tepung tapioka, garam halus, keju, penyedap rasa, dan telur.

3.3. Cara Kerja
Berikut cara kerja yang dilakukan pada praktikum Pilus Rumput Laut, antara lain sebagai berikut:
1.      Rumput laut dibersihkan dan direndam dengan kapur sirih semalam.
2.      Cuci kembali rumput laut hingga kapur sirih bersih dari rumput laut yang telah direndam.
3.      Rumput laut di blander hingga berbentuk seperti bubur
4.      Campurkan rumput laut dengan telur
5.      Masukkanbahan tambahan (keju, gara, penyedap dan rasa secukupnya)
6.      Masukkan tepung tapioka (300 gr)
7.      Aduk hingga hingga membentuk adonan
8.      Kemudian bentuk adonan menyerupai pilus bulat, lalu di goreng
9.      Lakukan analisis sensori.



BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berikut hasil dari praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan tentang Pilus Rumput Laut, antara lain sebagai berikut:
Tabel 4.1.1. Uji sensori pilus rumput laut
Parameter
Kode
467
285
142
321
012
471
208
Kenampakan
3
3
3
3
3
3
3
Aroma
3
2
3
3
3
2
2
Tekstur
3
2
3
3
3
3
3
Warna
2
3
3
2
2
2
2
Rasa
3
2
3
3
3
2
3
Kerenyahan
3
1
3
3
3
4
3

Keterangan:
1 = Sangat suka
2 = Suka
3 = Agak suka
4 = Tidak suka
5 = Sangat tidak suka

4.2. Pembahasaan
            Berdasarkan praktikum Teknologi Industri Tumbuhan perairan yang telah dilakukan, kami memuat produk olahan pangan kering yakni Pilus Rumput Laut yang berbahan dasar yakni rumput laut dan di tmabah dengan bahan pendukung atau bahan tambahan lainya antara lain seperti tepung tapioka, keju, telur, garam halus, dan penyedap rasa, yang dimana seluruh bahan untuk membuat pilus rumput laut tersebut memiliki peranan masing-masing untuk mendukung hasil dari olahan pilus diantaranya, cita rasa, maupun kenampakan dan aroma,  pada pilus  rumput laut tersebut. Penggunaan rumput laut untuk menjadi bahan dasar dari pilus tersebut dikarenakan ialah rumput laut memiliki manfaat secara fungsional yang banyak, dan sangat baik atau bermanfaat bagi kesehatan orang yang mengkonsumsinya. Dari hasil uji sensori yang telah dilakukan pilus rumput laut yang paling baik dengan kode 285, dimana kenampakan, tekstur kerenyahan dan rasa pilus  tersebut terbaik dari kode yang lainya.
            Penggunaan kapur sirih dalam perendaman rumput laut agar rumput laut tersebut bertekstur lembut dan tidak keras atau susah saat akan di blander untuk membuat teksturnya nampak seperti bubur rumput laut. Dalam pembuatan pilus rumput laut ini hal yang harus dipehatikan hanyalah saat mengaduk seluruh bahan hingga homogeny dan membentuk seperti adonan. Dimana saat pertama pencampuran antara rumput laut dengan telur, keju, dan tepung haruslah benar-benar homogen, karena jika campuran trsebut tidak di aduk dengan rata maka adonan yang akan jadi nantinya tidaklah baik karena tekstur dari beberapa bahan tambahan tersebut tidak menyatu . Untuk adonan yang kebanyakan tepung adonanya tidak jadi atau susah menggumpal, jadi  saat prktikum kemarin diberilah tambahan rumput laut lagi secukupnya agar tekstur dari adonan benar-benar jadi dan homogen. Begitu juga dengan adonan yang kebanyakan rumput laut makan adonanya saat homogeny nampak terlihat cair dan tidak bisa di bentuk, sehingga diperlukan penambahan tepung secukupnya agar adonan kompak padat dan mudah dibentuk pilus.
            Teknik penggorengan juga akan mempengarhui kenampaan pilus saat jadi, karena jika api komor besar maka pilus yang akan dihasilkan bagian luar terlalu matang sedangkan keadaan didalamnya masih mentah, jika api terlalu kecil dan penggorengan jarang di aduk maka saat penggorengan selesai pilus tidak garing benar atau lempem. Jadi saat penggorengan dilakukan perlunya api sedang dan sekali-sekali di aduk agar pilus matang merata dan garing.
Rumput laut sangat baik untuk dikonsumsi karena memiliki kandungan vitamin-vitamin, seperti vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D, E, dan K ; betakaroten; serta mineral, seperti kalium, kalsium, fosfor yang baik bagi kesehatan manusia. Begitupun pembuatan pilus rumput laut ini dilakukan selain untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara membuat makanan olahan pangan kering yang berbahan dasar tumbuhan perairan, juga agar mahasiswa yang kurang suka rumput laut dapat makan pilus yang bahan dasarnya tak lain adalah rumput laut, sehingga yang sebelumnya seseorang yang mungkin kurang suka dengan rumput laut menjadi suka karena telah dibuat olahan makanan dengan cita rasa yang enak. 


 
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang di peroleh dari praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan tentang Pilus Rumput Laut,  antara lain sebagai berikut:
1.      Pilus rumput laut merupakan produk olahan pangan kering yang memiliki cita rasa yang enak.
2.      pilus yang berbahan dasar rumput laut selain rasa yang enak juga memiliki kandungan vitamin-vitamin, seperti vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D, E, dan K ; betakaroten; serta mineral, seperti kalium, kalsium, fosfor.
3.      Penambahan kapur sirih saat perendaman rumput laut agar tekstur rumput laun menjadi lembut.
4.      Penambahan garam dan penyedap rasa pada pembuatan pilus bertujuan untuk memberikan cita rasa
5.      Pilus rumput laut yang paling baik ialah pilus dengan kode 285 berdasarkan uji sensori yang telah dilakukan.


5.2. Saran
            Sebaiknya dalam menghaluskan rumput laut harus di blander dengan halus hingga seperti bubur, agar saat membentu adonan tekstur adonan pilus dari rumput laut tersebut ber tekstur harul dan nampak baik.


DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2011. Resep Pilus Rumput Laut. Dalam Pelatihan Teknik Produksi Rumput Laut Badan Diklat Industri Provinsi Sulawesi Selatan.
Anggadireja. 2006. Rumput Laut. Jakarta : Penebar Swadaya
Doty MS. 1985. Measurement of Water Movement in References to Benthic Algae Growth. Bot Mar. XIV:32-35
Eskin, 1990. Bahan Tambahan Pangan. IPB: Bogor
Genisa, Jalil. 2013.Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Masagena Press:
Makassar
Hariskal, 2009. Kerusakan Minyak Goreng. Masagena Press: Makassar
Hutagalung. 2008. Pengujian Level Enzim Rennet, Suhu dan Lama Penyimpanan
Terhadap Kualitas Kimia Keju dari Susu Kerbau Murrah. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Idrus,. 1994. Pembuatan Pilus. Balai Besar Penelitian Pengembangan Industri Hasil Pertanian. Departemen Industri.
Iqbal, A. 2008. Kandungan Gizi Pada Telur Ayam. Lembaga kajian dan
pengembangan pendidikan (LKPP).
Nandia. 2004.  Kajian Pengembangan Teknologi Pengolahan Tepung di Kota Tidore. Jurnal Cannarium 5: 22-32
Suryanto.1992.  Sifat Fisik Tepung tapioka. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar