
LAPORAN
TETAP
PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
INDUSTRI TUMBUHAN PERAIRAN
DODOL RUMPUT LAUT
Saputriani
05061181520003
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2017
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pangan semi basah adalah bahan
pangan yang memiliki prinsip pengolahan dengan menurunkan aw sampai
pada tingkat mikroba patogen dan pembentuk tidak dapat tumbuh tetapi kandungan
airnya masih cukup sehingga dapat dinaikkan tanpa rehidrasi dahulu dan cukup
kering sehingga stabil selama penyimpanan (Leistaer, 1976).
Pangan semi
basah merupakan produk yang dapat mengawetkan dirinya sendiri, sifat pengawetan
ini berasal dari komposisi bahan yang kandunganya. Menurut Soekarto (1979),
kadar air pangan semi basah adalah 10-40% dengan nilai aw antara
0,60-0,90. Ciri khas lain dari pangan semi basah adalah bersifat plastis
sehingga mudah dibentuk.
Potensi perikanan yang kaya akan serat
salah satunya adalah rumput laut. Menurut Anggadireja (2006) rumput laut seaweeds
jenis Eucheuma cottonii secara umum
telah banyak dipergunakan dalam skala industri antara lain untuk bahan baku
obat-obatan, bahan baku kosmetik, bahan baku makanan kesehatan, bahan baku
produk makanan olahan.
Teknologi
pengolahan pangan semi basah dibedakan antara tradisional dan cara modern atau
rakitan. Cara rakitan bukan hal baru di indonesia, contohnya adalah pembuatan
dodol. Dodol dibuat dengan cara pencampuran semua bahan kemudian dimasukkan
sampai tercapai aw tertentu. Pengolahan tradisional adalah tape
singkong, tauco dan lain-lain. Pengolahan secara modern dilakukan dengan cara
adsorbsi dan desobsi terhadap bahan campur, metode maupun perlakuan selama
pengolahan dapat dikendalikan sehingga diperoleh produk dengan nilai gizi
maupun nilai kalori seperti yang dikehendaki (Haliza, 1992).
Sifat fisik
pangan memegang peranan sangat penting dalam pengawasan dan standarisasi mutu
produk, karena sifat fisik lebih mudah dan lebih cepat dikenali atau diukur dibandingkan
dengan sifat kimia, mikrobiologi dan fisiologi. Beberapa sifat fisik untuk
pengawasan mutu diukur secara obyektif dengan alat-alat sederhana, dapat pula
diamati secara organoleptik sehingga lebih cepat dan langsung. Beberapa sifat
fisik komoditas mempunyai korelasi langsung maupun tidak langsung dengan
sifat-sifat lain, seperti sifat kimiawi, mikrobiologi, organoleptik dan
fisiologi (Soekarto, 1990).
Sifat fisik
produk pangan berkaitan dengan deformasi bentuk akibat terkena gaya mekanis
disebut reologi. Termasuk sifat-sifat reologi ialah kekentalan, kelengketan,
elastisitas, plastis, tekstur, kenyal dan sejenisnya. Sifat-sifat ini sangat
penting kaitannya dengan mutu produk pangan bentuk cair, bentuk kental, bentuk
gel, dan bentuk plastis. Bentuk pangan demikian cukup luas jenisnya meliputi
dodol, jam, jelly, jellatin, madu, sirup, susu kental manis, margarin, mentega,
krim, pudding, bubur, minyak goreng, sari buah dan berbagai makanan.
Sifat-sifat reologi ini pada umumnya dapat diukur baik secara fisik maupun
secara organoleptik, kedua cara pengukuran tersebut prinsip dasarnya berbesa
karenanya meskipun untuk sifat reologi yang sama kedua cara pengukuran itu
tidak selamanya saling menggantikan (Soekarto, 1990).
1.2. Tujuan
Berikut
tujuan dari praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan tentang Dodol Rumput
Laut antara lain, sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
proses pembuatan dodol rumput laut
2.
Untuk
mengetahui fungsi dari bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan dodol rumput
laut
3.
Untuk
mengetahui karakteristik dodol rumput laut dan analisis
sensori.
![]() |

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumput laut (Eucheuma
cottoni)
Menurut Doty (1985), Eucheuma
cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae)
dan juga ini nama nya berubah menjadi, atau nama
menjadi Kappaphycus alvarezii karena karaginan yang dihasilkan
termasuk fraksi kappa-karaginan. Klasifikasi Eucheuma
cottonii adalah sebagai berikut :
kingdom :
Plantae
filum
:
Rhodophyta
kelas :
Rhodophyceae
ordo :
Gigartinales
famili : Solieracea
genus
: Eucheuma
species : Eucheuma cottoni
Ciri
fisik Eucheuma cottonii adalah mempunyai thallus silindris, permukaan licin, cartilogeneus.
Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning,
abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi hanya karena faktor
lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu
penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan. Duri-duri
pada thallus runcing memanjang, agak jarang-jarang dan tidak bersusun
melingkari thallus. Percabangan ke berbagai arah dengan batang-batang utama
keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal). Tumbuh melekat ke substrat
dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh
dengan membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah
datangnya sinar matahari (Anggadireja,
2006).
2.2. Dodol Rumput Laut
Dodol
merupakan salah satu makanan tradisional yang mudah dijumpai di beberapa daerah
di Indonesia. Dodol memiliki rasa manis gurih, berwarna cokelat, tekstur lunak,
digolongkan makanan semi basah. Masing-masing
daerah memiliki nama khas, dodol garut berasal dari garut dan dodol kudus
berasal dari kudus, dengan bahan dasar tepung ketan. Disamping itu dodol
juga dibuat dari buah dan sayur, seperti dodol apel, dodol sirsak, dodol wortel
dan sebagainya, sehingga dodol sebagai salah satu produk olahan hasil pertanian
(Abdullah. 2011)
Dodol
rumput laut merupakan salah satu diversifikasi dari rumput laut. Dodol rumput laut termasuk jenis makanan yang
tergolong pada kategori pangan semi basah, yang memiliki Aw (aktivitas
air) rendah. Sebagai pangan semi basah dodol mempunyai sifat dapat mengawet
sendiri tanpa memerlukan pendinginan, sterilisasi dan pengeringan (Idrus, 1994)
2.3. Bahan tambahan
Bahan Tambahan
Pangan atau BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau karakteristik pangan, baik yang mempunyai atau tidak
mempunyai nilai gizi. BTP dapat ditambahkan pada proses produksi, pengemasan,
transportasi atau penyimpanan. Bahan tambahan sengaja ditambahkan
dengan tujuan untuk meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa, aroma,
mengendalikan keasaman dan kebasaan, serta untuk menetapkan bentuk dan rupa
seperti gula dan garam. Bahan tambahan
berupa garam dapur halus, sedangkan bumbu penyedap dibuat dari campuran bawang putih
dan merica (Eskin, 1990).
2.3.1. Tepung
ketan

2.3.2. Santan
Santan
adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk cairan yang diperoleh dengan ekstraksi
manual atau mekanikal daging kelapa parut dengan atau tanpa penambahan
air.Pengawetan santan Pengalengan (Canning), opsi teknologi/ rekomendasi untuk produksi santan kalengan, santan kering (Dehydrated coc. milk), pengawetan santan sebagai konsentrat gula. Kandungan
santan menurut Fakri (2010) dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4. Kandungan santan
Kandungan
|
Santan
|
Air :
Kelapa parut (1:1)
|
Protein
|
4.2
|
2
|
Lemak
|
34.3
|
10
|
Karbohidrat
|
5.6
|
7.6
|
Air
|
54.9
|
80
|
Di samping dipengaruhi teknologi pengolahannya,
hasil santan dipengaruhi oleh: Jenis (varietas) kelapa, tingkat ketuaan,
ukuran partikel daging kelapa, suhu pengolahan, Rasio air:kelapa parut, tekanan
ekstraksi.
2.3.3. Gula pasiula adalah pemanis makanan biasanya
gula ditambahkan dalam makanan dan minuman. Gula yang digunakan dalam pembuatan
dodol rumput laut yaitu gula pasir yang merupakan jenis gula yang berbentuk
butiran kecil seperti pasir. Warnanya putih kecoklatan. Karena bentuknya yang
berupa butiran kecil, gula pasir mudah larut dalam makanan dan minuman sehingga
mudah digunakan. jenis-jenis gula diantaranya gula pasir, gula pasir kasar (crystalized sugar),gula kastor (caster sugar), gula bubuk (icing sugar, confection sugar), gula donat, gula dadu, brown sugar, gula palem (palm
sugar), gula jawa
(gula merah), gula aren,dan gula batu (Hafizan,
2009).
Proses untuk
menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian
melalui distilasi (penyulingan). Sumber gula di Indonesia sejak masa lampau adalah
cairan bunga (nira) kelapa atau enau, serta cairan batang tebu (Hafizan, 2009).
2.3.4. Pewarna makanan
Pewarna
makanan adalah zat aditif yang ditambahkan untuk meningkatkan warna makanan
atau minuman. Pewarna makanan dicampurkan untuk memberi warna pada makanan,
meningkatkan daya tarik visual pangan, merangsang indera penglihatan,
menyeragamkan dan menstabilkan warna, dan menutupi atau mengatasi perubahan
warna. Zat ini tersedia dalam berbagai bentuk, seperti cairan, bubuk, gel, atau
pasta (Eskin, 1990)
Pewarna makanan
terbagi menjadi dua, yaitu alami dan sintesis (kimia). Pewarna alami terbuat
dari tumbuhan, hewan, mineral, atau sumber alami lain. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.033 Tahun 2012 tentang Bahan
Tambahan Pangan, daftar pewarna alami yang diperbolehkan adalah kurkumin,
riboflavin, karmin dan ekstrak cochineal, klorofil, karamel, karbon tanaman,
beta-karoten, ekstrak anato, karotenoid, merah bit, antosianin, dan titanium
dioksida (Eskin, 1990).

PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
3.1.
Tempat dan Waktu
Praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan (TITP) tentang Dodol Ruput Laut
ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya. Pada
hari Senin, 30 Januari 2017
pukul 10:00 WIB sampai dengan
selesai.
3.2.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah sendok, loyang, kuali, kompor, sutil sedangkan bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah rumput laut, kapur sirih, tepung ketan, gula, pewarna
makanan, anili dan santan.
3.3. Cara Kerja
Berikut cara kerja yang dilakukan pada
praktikum Dool Rumput Laut,
antara lain
sebagai berikut:
1.
Rumput
laut dibersihkan dan direndam dengan
kapur sirih semalam.
2.
Cuci kembali rumput laut hingga kapur sirih bersih dari rumput laut yang
telah direndam.
3.
Rumput laut di blander hingga berbentuk seperti bubur
4.
Masak
gula pasir dan santan kedalam wajan hingga mendidih, gula dan santan tercampur
rata dan banyak mengeluarkan minyak
5. Masukkan bubur rumpur laut dan aduk
hingga mendidih
6. Masukkanbahan tambahan (pewarna makanan
secukupnya, dan vanili)
7. Masukkan tepung ketan (20% dari rumput
laut)
8. Aduk hingga homogen
9. Angkat dan masukkan kedalam loyang dan
dinginkan
10. Lakukan analisis sensori.

HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berikut hasil
dari praktikum Teknologi
Industri Tumbuhan Perairan tentang Dodol Rumput Laut, antara lain sebagai berikut:
Tabel
4.1.1. Uji sensori dodol rumput laut
Parameter
|
Kode
|
||||||
103
|
201
|
681
|
420
|
736
|
121
|
562
|
|
Penampakan
|
3
|
2
|
3
|
1
|
3
|
2
|
3
|
Aroma
|
4
|
1
|
3
|
3
|
2
|
1
|
2
|
Tekstur
|
4
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
2
|
Warna
|
4
|
3
|
4
|
1
|
3
|
3
|
4
|
Rasa
|
4
|
2
|
3
|
3
|
2
|
2
|
2
|
Keterangan:
1
= Sangat suka
2
= Suka
3
= Agak suka
4
= Tidak suka
5
= Sangat tidak suka
4.2. Pembahasaan
Berdasarkan praktikum Teknologi
Industri Tumbuhan perairan yang telah dilakukan, kami memuat produk olahan
tradisional yakni Dodol Rumput Laut yang berbahan dasar yakni rumput Laut dan
di tabah dengan bahan pendukung atau bahan tambahan lainya antara lain seperti
tepung ketan, kapur sirih, gula pasir, vanili, dan pewarna makanan, yang dimana
seluruh bahan untuk membuat dodol rumput laut tersebut memiliki peranan
masing-masing untuk mendukung hasil dari olahan dodol diantaranya, cita rasa,
warna, aroma pada dodol rumput laut
tersebut. Penggunaan rumput laut untuk menjadi bahan dasar dari dodol tersebut
dikarenakan rumput laut memiliki manfaat secara fungsional yang banyak, dan
sangat baik atau bermanfaat bagi kesehatan orang yang mengkonsumsinya. Dari
hasil uji sensori yang telah dilakukan dodol rumput laut yang paling baik
dengan kode 201, dimana penampakan tekstur dan rasa dodol tersebut itu suka,
aroma suka, namun kenampakannya agak suka.
Penggunaan kapur sirih dalam
praktikum tersebut tak lain digunakan dalam perendaman rumput laut agar rumput
laut tersebut bertekstur lembut dan tidak keras atau susah saat akan di blander
untuk membuat teksturnya nampak seperti bubur rumput laut. Dalam pembuatan
dodol rumput laut ini hal yang harus dipehatikan hanyalah saat mengaduk seluruh
bahan hingga homogeny atau tercampur rata. Dimana saat pertama memasak santan dan
gula harus homogeny dengan melihat cirrinya yang telah mengeluarkan minyak.
Penambahan vanili saat adonan dimasak agar masakan tersebut setelah jadi
menimbulkan aroma yang khas. Untuk penambahan pewarna disitu agar olahan dodol
rumput laut tersebut setelah jadi nampak menarik dan mengundang konsumen untuk
meniccipi karena tertarik dengan warnanya. penambahan bahan lain seperti tepung
ketan yakni untuk membuat adonan tersebut nampak padat dan kompak asal mengaduk
bahan tersebut dengan homogeny, jika tidak maka adonan yang dimasak tersebut
akan menggumpal dan semua bahan tidak akan rata setelah jadi kelak.
Rumput laut sangat baik
untuk dikonsumsi karena memiliki kandungan vitamin-vitamin,
seperti vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D, E, dan K ; betakaroten; serta
mineral, seperti kalium, kalsium, fosfor. Selain itu,
rumput laut juga mengandung fucoidan, alginates, dan polifenol yang dimana
manfaatnya mampu memproduksi sel-sel imun, membantu melawan virus, bakteri
maupun alergi, serta menghambat penggumpalan darah sehingga memperkecil resiko
stroke. Manfaat lainya yakni menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan kadar
kolesterol, menstabikan gula darah, serta mengingat bahwa rumput laut merupakan
salah satu makanan yang mengandung serat sehingga dapat juga meredakan gangguan
dari saluran pencernaan.
Begitupun pembuatan dodol rumput laut ini dilakukan
selain untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara membuat makanan olahan
tradisional yang berbahan dasar tumbuhan perairan, juga agar mahasiswa yang
kurang suka rumput laut dapat makan dodol yang bahan dasarnya tak lain adalah
rumput laut, sehingga yang sebelumnya seseorang yang mungkin kurang suka dengan
rumput laut menjadi suka karena telah dibuat olahan makanan dengan cita rasa
yang enak.
![]() |

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang
di peroleh dari praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan ttentang Dodol Rumput Laut, antara lain sebagai berikut:
1. Dodol rumput laut merupakan produk olahan
tradisional yang memiliki cita rasa yang enak, legit dan memiliki aroma yang
khas..
2. Dodol yang berbahan dasar rumput laut selain rasa
yang enak juga memiliki kandungan vitamin-vitamin, seperti vitamin A, B1,
B2, B6, B12, C, D, E, dan K ; betakaroten; serta mineral, seperti kalium,
kalsium, fosfor.
3. Penambahan kapur sirih saat perendaman rumput laut agar tekstur rumput
laun menjadi lembut.
4. Penambahan gula pada pembuatan dodol
bertujuan untuk
memberikan cita rasa
manis, juga sebagai pengawet dan
membantu agar tekstur
dodol mudah mengeras
5. Penambahan vanili pada produk olahan dodol rumput laut
tersebut untuk memberikan aroma.
6. Dodol rumput laut yang paling baik ialah dodol dengan kode 201berdasarkan
uji sensori yang telah dilakukan.
5.2. Saran
Sebaiknya dalam menghaluskan
rumput laut harus di blander dengan halus hingga seperti bubur, agar saat
pencampuran bahan mudah untuk homogen dan agar tekstur dodol rumput laut kelak
saat jadi nampak baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah. 2011. Modul Teknis
Teknologi Pengolahan Dodol Rumput Laut Citarasa Buah Tropika. Dalam
Pelatihan Teknik Produksi Rumput Laut Badan Diklat Industri Provinsi Sulawesi
Selatan.
Anggadireja.
2006. Rumput Laut. Jakarta : Penebar Swadaya
Doty MS. 1985. Measurement
of Water Movement in References to Benthic Algae Growth. Bot Mar. XIV:32-35
Eskin, 1990. Bahan Tambahan Pangan.
IPB: Bogor
Fakri, S.
2010. Nutrisi Santan. Akademik
Press, Jakarta.
Hafizan. 2009. Pengujian Kualitas
Gula Pada Konsentrasi Normal. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Idrus,.
1994. Pembuatan Dodol. Balai Besar
Penelitian Pengembangan Industri Hasil Pertanian. Departemen Industri.
Ida Farida. 2002. Skripsi
Pengaruh Pengeringan Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Dodol Rumput Laut
(Kappaphyyeus alvarezii) . Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor. Halaman 6-8.
Santa.1992. Sifat Fisik Tepung Ketan. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar