Jumat, 24 Februari 2017

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIK UJI FORMALIN ~ Puput


LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI HASIL PERIKANAN

UJI NaCl / FORMALIN






Saputriani
05061181520003









PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
DAFTAR



BAB 1
PENDAHULUAN


1.1. Latar belakang
Perairan tawar mempunyai keanekaragaman ikan yang cukup tinggi di paparan sunda terdapat 798 jenis ikan air tawar, paparan wallace terdapat 68 jenis ikan air tawar, dan paparan sahul terdapat 106 jenis ikan air tawar                      (Kottelat et al, 1993). Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, salah satu caranya adalah dengan pembuatan ikan asin (Suhartini, 2005).
            Salah satu Spesies dari Famili Anabantidae yaitu ikan tambakan (Helostoma temenckii) merupakan ikan air tawar yang dikonsumsi. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang tergolong ekstrim dan dapat bertahan pada kondisi air yang bersifat asam maupun basa. Ikan ini juga dapat ditemukan pada perairan payau. Sungai-sungai dan rawa-rawa di Kalimantan diketahui memiliki tingkat keasaman yang tinggi, dicirikan oleh pH yang rendah (Akbar, 2008).
            Maraknya penggunaan formalin pada bahan makanan merupakan berita yang sangat mengejutkan pada penghujung tahun 2005 hingga sekarang. Bahan formalin tidak hanya ditemukan pada bahan makanan atau produk makanan yang beredar di pasar tradisional tetapi juga diperdagangkan di beberapa supermarket di seluruh Indonesia. Umumnya formalin digunakan sebagai salah satu zat untuk mengawetkan makanan, sehingga makanan akan lebih bertahan lama                 (Mahdi, 2008).
            Hasil penelitian BPOM dari 700 sampel produk makanan yang diambil dari Jawa, Sulawesi Selatan dan Lampung, 56 persen diantaranya mengandung bahan formalin. Bahkan 70 persen mie basah diawetkan dengan formalin. Penelitian yang dilakukan oleh Balai Besar POM DKI Jakarta juga menyebutkan, delapan merek Mie dan Tahu yang dipasarkan di Jakarta mengandung formalin. BPOM Makasar juga menemukan ikan asin kering di pasar swalayan dan tradisional ternyata juga mengandung formalin (Service Buletin, 2006).
            Formaldehid yang lebih dikenal dengan nama formalin ini adalah salah satu zat tambahan makanan yang dilarang. Meskipun sebagian banyak orang sudah mengetahui terutama produsen bahwa zat ini berbahaya jika digunakan sebagai pengawet, namun penggunaannya bukannya menurun namun malah semakin meningkat dengan alasan harganya yang relatif murah dibanding pengawet yang tidak dilarang dan dengan kelebihan. Formalin dapat bereaksi cepat dengan lapisan lendir saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Di dalam tubuh cepat teroksidasi membentuk asam format terutama di hati dan sel darah merah. Pemakaian pada makanan dapat mengakibatkan keracunan pada tubuh manusia, yaitu rasa sakit perut yang akut disertai muntah-muntah, timbulnya depresi susunan syaraf atau kegagalan peredaran darah (Fahrudin, 2007).


1.2. Tujuan
Berikut tujuan dari praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan tentang Donat Rumput Laut antara lain, untuk mengetahui perbedaan kualitas atas mutu dan nilai score sheet untuk setiap parameter pengamatan dari 3 buah perlakuan (larutan formalin 0%, 10%, 20%, dan 30%) dan 3 tahap pengamatan (0 jam, 1 jam, 2 jam, 3 jam).

  










 
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika dan Morfologi Ikan Tambakan (Helostoma temmenckii)
Sistematika dan morfologi ikan Tambakan (Helostoma temmenckii) menurut Saanin (1984) anntara lain sebagai berikut:
kingdom          : Animalia
filum                : Chordata
kelas                : Pisces
ordo                 : Labyrinthici
famili               : Anabantidae
genus               : Helostoma
spesies                         : Helostoma temminckii          

Ciri-ciri ikan tembakan yaitu memiliki badan pipih dan berbentuk oval lonjong. Mulut monyong dan dapat disembulkan, celah mulut horisontal sangat kecil. Rahang atas dan bawah sama, bibir tebal, memiliki deretan gigi yang pada ujungnya berwarna hitam. Sisik tergolong stenoid, pada daerah punggung bewarna kehijauan dan mempunyai garis sisik (linea lateralis). Kesukaannya menempelkan bibir tebalnya pada benda apapun atau pada bibir pasangannya menjadikan ikan tembakang disebut kissing gourami (Saanin, 1984).

2.2. Formalin
            Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Didalam formalin mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formaldehyde, dan Formalith ( Astawan, 2006 ).
      Berat Molekul Formalin adalah 30,03 dengan Rumus Molekul HCOH. Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus –NH2 dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap (Harmita, 2006).
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam larutan formalin terkandung 30-50% gas formaldehid dan ditambahkan metanol sebanyak 10-15% untuk mencegah terjadinya polimerisasi formaldehid. Formaldehid merupakan bentuk aldehid yang paling sederhana. Formaldehid bersifat mudah terbakar, berbau tajam, tidak berwarna, dan mudah dipolimerisasi pada suhu ruang. Formadehid bersifat larut di dalam air, aseton, benzene, dietil eter, kloroform, dan etanol (Hart, 1983).
Pada suhu 150ºC, formaldehid mudah terdekomposisi menjadi metanol dan karbonmonoksida. Formaldehid mudah dioksidasi oleh oksigen di atmosfer membentuk asam format, yang kemudian diubah menjadi karbondioksida oleh sinar matahari (WHO, 2002).

2.3. Dampak Bahaya Formalin
Formalin sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa : Luka bakar pada kulit, Iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. Dampak formalin pada kesehatan manusia, dapat bersifat Akut : efek pada kesehatan manusia langsung terlihat : sepert iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing. Kronik : efek pada kesehatan manusia terlihat setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang : iritasi kemungkin parah, mata berair, gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas, system saraf pusat, menstruasi dan pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen (menyebabkan kanker). Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya terlihat setelah jangka panjang, karena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh (Widyaningsih, 2006).
Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan menimbulkan sakit kepala, ganggua pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang. Gangguan head dan kemandulan pada perempuan Kanker pada hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak. Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur, dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan beronsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata. Apabila tertelan maka mulut,tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi ( tekanan darah rendah ), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pancreas, system susunan saraf pusat dan ginjal (Kastyanto, 1999).

















 
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM


3.1. Tempat dan Waktu
         Praktikum Toksikologi Hasil Perikanan tentang Uji NaCl  ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Pada hari Selasa, 14 Februari 2017 pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai.

3.2. Alat dan Bahan
        Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baskom sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan betook, ikan nila, ikan patin, ikan lele, ikan sepat, ikan gabus, ikan sapil, ikan mas, es batu, dan NaCl

3.3. Cara Kerja
Berikut cara kerja yang dilakukan pada praktikum Toksikologi Hasil Perikanan tentang Uji NaCl, antara lain sebagai berikut:
1.      Ikan air tawar sebanyak 3 ekor disiapkan dan dicuci bersih.
2.      Masing-masing ikan ditimbang beratnya (berat sebelum).
3.      Ikan direndam dalam larutan NaCl 0%, 15%, dan 30%.
4.      Es batu dimasukkan ke dalam baskom yang berisi larutan NaCl yang telah disiapkan.
5.      Ikan didiamkan selama 10 menit, lalu ikan diamati perubahan organoleptik yang terjadi mulai dari 0 jam, 1 jam, 2 jam, dan 3 jam.
                                       






BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berikut hasil dari praktikum Toksikologi Hasil Perikanan tentang Uji NaCl, antara lain sebagai berikut:
Tabel 4.1.1. Uji NaCl Organoleptik pada ikan tambakan ke-1:
Parameter
Jam ke-1
Jam ke-2
Jam ke-3
Mata
9
9
9
Insang
9
9
9
Lendir
9
9
9
Daging
9
9
9
Bau
9
9
9
Tekstur
9
9
9

Tabel 4.1.2. Uji NaCl Organoleptik pada ikan tambakan ke-2:
Parameter
Jam ke-1
Jam ke-2
Jam ke-3
Mata
9
9
8
Insang
9
8
8
Lendir
9
9
8
Daging
9
9
8
Bau
9
9
7
Tekstur
9
9
8

Tabel 4.1.3. Uji NaCl Organoleptik pada ikan tambakan ke-3:
Parameter
Jam ke-1
Jam ke-2
Jam ke-3
Mata
9
9
7
Insang
9
8
8
Lendir
9
8
7
Daging
9
8
7
Bau
9
7
6
Tekstur
9
8
8











4.2. Pembahasaan
            Berdasarkan praktikum Toksikologi Hasil Perikanan yang telah dilakukan, kami meakukan perlakuan terhadap ikan dengan memberinya pengawet yakni NaCl yang sebenarnya perlakuan harus dilakukan menggunakan bahan formalin akan tetapi dengan berbagai macam kendala maka diganti dengan NaCl. NaCl adalah kristal-kristal air yang membeku, ada yang berbentuk halus atau serbuk ada juga yang berbentuk kasar seperti gumpalan yang tak berbentu. Prinsip kerja NaCl hamper sama dengan formail, akan tetapi tidak seefktif formalin, dimana jika mengguakan formalin dengan cairan sedikit formain ikan akan teap awet dikarenakan formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) ataupun mikroba yang cukup handal dan banyak digunakan dalam industri, sedangkan NaCl atau garam hanya berfungsi menarik air dari dalam tubuh ikan dan menghambat terjadinya pertumbuhan bakteri dan tidak bersifat mengawetkan, hanya saja bertahan kesegaranya agak sedikit lama.
            Penggunaan NaCl ini merupakan alternative yang mudah untuk mengawetkan ikan, karena mudah di dapat dan harganya yang terjangkau, berbanding terbalik dengan formain yang susah di dapat dan mempunyai harga yang relative tinggi. Prinsip kerja dari NaCl ini sendiri yakni garam masuk kedalam tubuh ikan dan cairan tubuh ikan keluar karena perbedaan konsentrasi. Bersamaan dengan keluarnya cairan dari dalam tuuh ikan, partikel garam memasuki tubuh ikan, dari proses tersebut garam juga menarik cairan dari dalam tubuh mikroba pada ikan sehingga membuat mikroba dari dalam tubuh ikan mengganggu proses metabolismenya dan akhirna mikroba mengalami dehidrasi dan mati. Eskipun NaCl yang digunakan saat praktikum tidak lah besar akan tetapi setdaknya engawetkan ikan dalam waktu beberapa jam.
Dalam praktikum ini, sampel yang digunakan pada kelompok kami adalah ikan btambakan (Helostoma temenckii). NaCl yang digunakan pada sampel adalah ikan 1 NaCl 0 % ikan 2 formalin 10%, ikan 3 formalin 30 % . Penggunaan NaCl yang berbeda pada praktikum perlakuan tiap jenis ikan yang dibawa agar bertujuan untuk mengetahui atau membandingkan mutu ikan dengan uji organoleptik yang meliputi tekstur, mata, daging, bau, pada setiap ikan apakah ada perbedaan di tiap ikan dengan pemberian konsentrasi NaCl yang berbeda-beda.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang di peroleh dari praktikum Toksikologi Hasil Perikanan tentang Uji NaCl,  antara lain sebagai berikut:
1.      Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk yang mudah larut dalam air, sangat reaktif dalam suasana alkalis, serta bersifat sebagai pereduksi yang kuat.
2.      Mengonsumsi bahan pangan yang mengandung formalin sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena formalin bereaksi di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh.
3.      NaCl merupakan garam yang juga berfungsi sebagai pengawet meskipun tidak untuk jangka waktu yang cukup lama.
4.      Uji NaCl pada ikan ini menggunakan konsentrasi NaCl yang berbeda-beda.
5.      Sebagian besar ikan yang telah di organoleptik baik dalam waktu 0 jam, 1 jam, 2 jam, dan 3 jam  masih dalam keadaan baik semua yakni dengan nilai 8-9.


5.2. Saran
            Sebaiknya berikan sedikit materi sebelum praktikum dilangsungkan dan  pengawasan kepada praktikan saat praktikum berlangsung, agar praktikum yang terjadi dapat lebih di fahami oleh praktikan dan juga agar praktikum berjalan dengan kondusif.





DAFTAR PUSTAKA
Akbar. 2008. Studi Karakter Morfometrik - Meristik Ikan Betok (Anabas Testudineus Bloch) Di Das Mahakam Tengah Propinsi Kalimantan Timur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Astawan, M. 2006. Formalin. Jakarta. Penebar Swadaya.
Fahrudin. 2007. Formalin dan Bahayanya bagi Kesehatan. Aksara. Jakarta
Harmita,APT. 2006. Analisis Fisikokimia. Jakarta. UI Press.
Hart H. 1983. Kimia Organik. Suminar Achmadi (penerjemah). Jakarta. Erlangga.
Kastyanto, F.W.1999. Formalin. Jakarta. Penebaran Swadaya.
Kottelat et al, 1993. Freshwater Fishes Of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited Press. 293 hlm.
Mahdi. 2008. Uji Kandungan Formalin, Borak, dan Pewarna Rhodamin pada Produk Perikanan dengan Metode Spot Test. 3(1): 55-70.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta Anggota
IKAPI. Bogor.
Service Buletin. 2006. Formalin bukan Formalitas , Edisi Januari No.73/ tahun VII. (diakses, 8 April 2012).
Suhartini. 2005. Olahan Ikan Segar. Surabaya. Penerbit Trubus Agrisarana.
Widyaningsih. 2006. Bahaya  Formalin Pada. Surabaya. Trubus Agriarana.
World Health Organization (WHO). 2002. Formaldehyde. Concise International Chemical Assessment Document 40. Geneva.