
PRAKTIKUM
TOKSIKOLOGI
HASIL PERIKANAN
UJI NaCl / FORMALIN
Saputriani
05061181520003
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA



BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Perairan tawar mempunyai keanekaragaman
ikan yang cukup tinggi di paparan sunda terdapat 798 jenis ikan air tawar,
paparan wallace terdapat 68 jenis ikan air tawar, dan paparan sahul terdapat
106 jenis ikan air tawar
(Kottelat et al, 1993). Ikan
merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat,
mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses
pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan
masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar
air dalam tubuh ikan, salah satu caranya adalah dengan pembuatan ikan asin
(Suhartini, 2005).
Salah
satu Spesies dari Famili Anabantidae yaitu ikan tambakan (Helostoma temenckii) merupakan ikan air tawar yang
dikonsumsi. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan
yang tergolong ekstrim dan dapat bertahan pada kondisi air yang bersifat asam
maupun basa. Ikan ini juga dapat ditemukan pada perairan payau. Sungai-sungai
dan rawa-rawa di Kalimantan diketahui memiliki tingkat keasaman yang tinggi,
dicirikan oleh pH yang rendah (Akbar, 2008).
Maraknya
penggunaan formalin pada bahan makanan merupakan berita yang sangat mengejutkan
pada penghujung tahun 2005 hingga sekarang. Bahan formalin tidak hanya
ditemukan pada bahan makanan atau produk makanan yang beredar di pasar
tradisional tetapi juga diperdagangkan di beberapa supermarket di seluruh
Indonesia. Umumnya formalin digunakan sebagai salah satu zat untuk mengawetkan
makanan, sehingga makanan akan lebih bertahan lama (Mahdi, 2008).
Hasil
penelitian BPOM dari 700 sampel produk makanan yang diambil dari Jawa, Sulawesi
Selatan dan Lampung, 56 persen diantaranya mengandung bahan formalin. Bahkan 70
persen mie basah diawetkan dengan formalin. Penelitian yang dilakukan oleh
Balai Besar POM DKI Jakarta juga menyebutkan, delapan merek Mie dan Tahu yang
dipasarkan di Jakarta mengandung formalin. BPOM Makasar juga menemukan ikan
asin kering di pasar swalayan dan tradisional ternyata juga mengandung formalin
(Service Buletin, 2006).
Formaldehid yang lebih dikenal
dengan nama formalin ini adalah salah satu zat tambahan makanan yang dilarang.
Meskipun sebagian banyak orang sudah mengetahui terutama produsen bahwa zat ini
berbahaya jika digunakan sebagai pengawet, namun penggunaannya bukannya menurun
namun malah semakin meningkat dengan alasan harganya yang relatif murah
dibanding pengawet yang tidak dilarang dan dengan kelebihan. Formalin dapat
bereaksi cepat dengan lapisan lendir saluran pencernaan dan saluran pernafasan.
Di dalam tubuh cepat teroksidasi membentuk asam format terutama di hati dan sel
darah merah. Pemakaian pada makanan dapat mengakibatkan keracunan pada tubuh
manusia, yaitu rasa sakit perut yang akut disertai muntah-muntah, timbulnya
depresi susunan syaraf atau kegagalan peredaran darah (Fahrudin, 2007).
1.2. Tujuan
Berikut
tujuan dari praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Perairan tentang Donat Rumput
Laut antara lain, untuk mengetahui perbedaan kualitas atas mutu dan nilai score
sheet untuk setiap parameter pengamatan dari 3 buah perlakuan (larutan formalin
0%, 10%, 20%, dan 30%) dan 3 tahap pengamatan (0 jam, 1 jam, 2 jam, 3 jam).
![]() |

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistematika dan Morfologi Ikan Tambakan
(Helostoma temmenckii)
Sistematika dan morfologi ikan Tambakan (Helostoma temmenckii) menurut Saanin (1984) anntara lain sebagai berikut:
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Pisces
ordo : Labyrinthici
famili : Anabantidae
genus : Helostoma
spesies : Helostoma temminckii
Ciri-ciri ikan tembakan yaitu memiliki badan pipih dan berbentuk
oval lonjong. Mulut monyong dan dapat disembulkan, celah mulut horisontal
sangat kecil. Rahang atas dan bawah sama, bibir tebal, memiliki deretan gigi
yang pada ujungnya berwarna hitam. Sisik tergolong stenoid, pada daerah
punggung bewarna kehijauan dan mempunyai garis sisik (linea lateralis).
Kesukaannya menempelkan bibir tebalnya pada benda apapun atau pada bibir
pasangannya menjadikan ikan tembakang disebut kissing gourami (Saanin,
1984).
2.2. Formalin
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat
menusuk. Didalam formalin mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air,
biasanya ditambah methanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal
sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri.
Nama lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid,
Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform,
Formaldehyde, dan Formalith ( Astawan, 2006 ).
Berat
Molekul Formalin adalah 30,03 dengan Rumus Molekul HCOH. Karena kecilnya
molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus
karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus –NH2
dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap (Harmita,
2006).
Formalin adalah
larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam larutan
formalin terkandung 30-50% gas formaldehid dan ditambahkan metanol sebanyak
10-15% untuk mencegah terjadinya polimerisasi formaldehid. Formaldehid
merupakan bentuk aldehid yang paling sederhana. Formaldehid bersifat mudah
terbakar, berbau tajam, tidak berwarna, dan mudah dipolimerisasi pada suhu
ruang. Formadehid bersifat larut di dalam air, aseton, benzene, dietil eter,
kloroform, dan etanol (Hart, 1983).
Pada suhu 150ºC, formaldehid mudah terdekomposisi
menjadi metanol dan karbonmonoksida. Formaldehid mudah dioksidasi oleh oksigen
di atmosfer membentuk asam format, yang kemudian diubah menjadi karbondioksida
oleh sinar matahari (WHO, 2002).
2.3.
Dampak Bahaya Formalin
Formalin sangat berbahaya
bila terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat
berupa : Luka bakar pada kulit, Iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi
dan bahaya kanker pada manusia. Dampak formalin pada kesehatan manusia, dapat
bersifat Akut : efek pada kesehatan manusia langsung terlihat : sepert iritasi,
alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan
pusing. Kronik : efek pada kesehatan manusia terlihat setelah terkena dalam
jangka waktu yang lama dan berulang : iritasi kemungkin parah, mata berair,
gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas, system saraf pusat,
menstruasi dan pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker sedangkan pada
manusia diduga bersifat karsinogen (menyebabkan kanker). Mengkonsumsi bahan
makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya terlihat setelah jangka
panjang, karena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh (Widyaningsih, 2006).

![]() |

PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
3.1.
Tempat dan Waktu
Praktikum Toksikologi Hasil Perikanan tentang Uji NaCl ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi
Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Pada hari Selasa, 14 Februari 2017
pukul 10:00 WIB sampai dengan
selesai.
3.2.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah baskom sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan
betook, ikan nila, ikan patin, ikan lele, ikan sepat, ikan gabus, ikan sapil,
ikan mas, es batu, dan NaCl
3.3. Cara Kerja
Berikut cara kerja yang dilakukan pada
praktikum Toksikologi
Hasil Perikanan tentang Uji NaCl,
antara lain
sebagai berikut:
1.
Ikan air tawar sebanyak 3 ekor disiapkan dan dicuci bersih.
2. Masing-masing ikan ditimbang beratnya (berat sebelum).
3. Ikan direndam dalam larutan NaCl 0%, 15%, dan 30%.
4. Es batu dimasukkan ke dalam baskom yang berisi larutan
NaCl yang telah disiapkan.
5. Ikan didiamkan selama 10 menit, lalu ikan diamati perubahan
organoleptik yang terjadi mulai dari 0 jam, 1 jam, 2 jam, dan 3 jam.

HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berikut hasil
dari praktikum Toksikologi
Hasil Perikanan tentang Uji NaCl, antara lain sebagai berikut:
Tabel 4.1.1. Uji NaCl Organoleptik pada ikan
tambakan ke-1:
Parameter
|
Jam ke-1
|
Jam ke-2
|
Jam ke-3
|
Mata
|
9
|
9
|
9
|
Insang
|
9
|
9
|
9
|
Lendir
|
9
|
9
|
9
|
Daging
|
9
|
9
|
9
|
Bau
|
9
|
9
|
9
|
Tekstur
|
9
|
9
|
9
|
Tabel 4.1.2. Uji NaCl Organoleptik pada ikan tambakan
ke-2:
Parameter
|
Jam ke-1
|
Jam ke-2
|
Jam ke-3
|
Mata
|
9
|
9
|
8
|
Insang
|
9
|
8
|
8
|
Lendir
|
9
|
9
|
8
|
Daging
|
9
|
9
|
8
|
Bau
|
9
|
9
|
7
|
Tekstur
|
9
|
9
|
8
|
Tabel 4.1.3. Uji NaCl Organoleptik pada ikan tambakan
ke-3:
Parameter
|
Jam ke-1
|
Jam ke-2
|
Jam ke-3
|
Mata
|
9
|
9
|
7
|
Insang
|
9
|
8
|
8
|
Lendir
|
9
|
8
|
7
|
Daging
|
9
|
8
|
7
|
Bau
|
9
|
7
|
6
|
Tekstur
|
9
|
8
|
8
|
4.2. Pembahasaan
Berdasarkan
praktikum Toksikologi Hasil Perikanan yang telah dilakukan, kami meakukan
perlakuan terhadap ikan dengan memberinya pengawet yakni NaCl yang sebenarnya
perlakuan harus dilakukan menggunakan bahan formalin akan tetapi dengan
berbagai macam kendala maka diganti dengan NaCl. NaCl adalah kristal-kristal air yang membeku, ada yang berbentuk halus
atau serbuk ada juga yang berbentuk kasar seperti gumpalan yang tak berbentu. Prinsip
kerja NaCl hamper sama dengan formail, akan tetapi tidak seefktif formalin,
dimana jika mengguakan formalin dengan cairan sedikit formain ikan akan teap
awet dikarenakan formalin dikenal
sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) ataupun mikroba yang cukup handal dan banyak digunakan dalam industri, sedangkan NaCl atau garam hanya berfungsi menarik
air dari dalam tubuh ikan dan menghambat terjadinya pertumbuhan bakteri dan
tidak bersifat mengawetkan, hanya saja bertahan kesegaranya agak sedikit lama.
Penggunaan NaCl ini
merupakan alternative yang mudah untuk mengawetkan ikan, karena mudah di dapat
dan harganya yang terjangkau, berbanding terbalik dengan formain yang susah di
dapat dan mempunyai harga yang relative tinggi. Prinsip kerja dari NaCl ini
sendiri yakni garam masuk kedalam tubuh ikan dan cairan tubuh ikan keluar
karena perbedaan konsentrasi. Bersamaan dengan keluarnya cairan dari dalam tuuh
ikan, partikel garam memasuki tubuh ikan, dari proses tersebut garam juga
menarik cairan dari dalam tubuh mikroba pada ikan sehingga membuat mikroba dari
dalam tubuh ikan mengganggu proses metabolismenya dan akhirna mikroba mengalami
dehidrasi dan mati. Eskipun NaCl yang digunakan saat praktikum tidak lah besar
akan tetapi setdaknya engawetkan ikan dalam waktu beberapa jam.


KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang
di peroleh dari praktikum Toksikologi
Hasil Perikanan tentang Uji NaCl, antara lain
sebagai berikut:
1. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat
menusuk yang mudah larut dalam air, sangat reaktif dalam suasana alkalis, serta
bersifat sebagai pereduksi yang kuat.
2. Mengonsumsi bahan pangan yang mengandung formalin sangat berbahaya
bagi kesehatan manusia, karena formalin bereaksi di dalam sel sehingga menekan
fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh.
3. NaCl merupakan garam yang juga berfungsi sebagai pengawet meskipun
tidak untuk jangka waktu yang cukup lama.
4. Uji NaCl pada ikan ini menggunakan konsentrasi NaCl yang berbeda-beda.
5. Sebagian besar ikan yang telah di organoleptik baik
dalam waktu 0 jam, 1 jam, 2 jam, dan 3 jam masih dalam
keadaan baik semua yakni dengan nilai 8-9.
5.2. Saran
Sebaiknya berikan sedikit materi sebelum praktikum dilangsungkan dan pengawasan kepada praktikan saat praktikum
berlangsung, agar praktikum yang terjadi dapat lebih di fahami oleh praktikan
dan juga agar praktikum berjalan dengan kondusif.

Akbar. 2008. Studi Karakter Morfometrik - Meristik Ikan
Betok (Anabas Testudineus Bloch) Di Das Mahakam Tengah Propinsi Kalimantan
Timur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Astawan, M.
2006. Formalin. Jakarta. Penebar
Swadaya.
Fahrudin. 2007. Formalin
dan Bahayanya bagi Kesehatan. Aksara.
Jakarta
Harmita,APT.
2006. Analisis Fisikokimia. Jakarta. UI
Press.
Hart H. 1983. Kimia
Organik. Suminar Achmadi (penerjemah). Jakarta.
Erlangga.
Kastyanto,
F.W.1999. Formalin. Jakarta. Penebaran
Swadaya.
Kottelat et al, 1993. Freshwater Fishes Of Western Indonesia and
Sulawesi. Periplus Editions Limited Press. 293 hlm.
Mahdi. 2008. Uji
Kandungan Formalin, Borak, dan Pewarna Rhodamin pada Produk Perikanan dengan
Metode Spot Test. 3(1): 55-70.
Saanin,
H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan.
Binacipta Anggota
IKAPI. Bogor.
Service Buletin.
2006. Formalin bukan Formalitas ,
Edisi Januari No.73/ tahun VII. (diakses, 8 April 2012).
Suhartini. 2005. Olahan Ikan
Segar. Surabaya. Penerbit Trubus Agrisarana.
Widyaningsih. 2006.
Bahaya Formalin Pada. Surabaya. Trubus
Agriarana.



